Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Anak TK dan SD Wajib Belajar Koding, Ngapain?!

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak kebijakan pendidikan mulai mengadopsi koding sebagai keterampilan yang dianggap esensial sejak usia dini. Bahkan, beberapa institusi pendidikan telah mengintegrasikan koding dalam kurikulum Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD). Namun, apakah ini benar-benar langkah yang tepat? 

Ada banyak aspek perkembangan anak yang lebih mendesak dan fundamental dibandingkan keterampilan pemrograman.

anak TK dan SD belajar koding
anak TK dan SD belajar koding

1. Tahapan Perkembangan Kognitif Anak yang Belum Siap

Menurut teori perkembangan kognitif Piaget, anak usia TK dan SD masih berada pada tahap praoperasional (2–7 tahun) dan operasional konkret (7–11 tahun). 

Pada tahap ini, pemikiran mereka masih berkembang dalam hal logika dasar, pemahaman simbolik, dan pemecahan masalah konkret. Koding, yang melibatkan pemikiran abstrak dan algoritmik, menuntut kemampuan kognitif yang lebih kompleks dibandingkan dengan kemampuan berpikir anak pada usia tersebut. Memaksakan pembelajaran koding justru berisiko menghambat perkembangan alami kognitif mereka.

2. Kurangnya Landasan Keterampilan Dasar

Sebelum anak mampu memahami konsep koding, mereka perlu menguasai keterampilan dasar seperti literasi membaca, menulis, dan berhitung

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak anak di tingkat SD masih berjuang dalam keterampilan dasar ini. Berdasarkan data Asesmen Nasional Kementerian Pendidikan, sebagian besar siswa kelas awal SD masih menghadapi tantangan dalam memahami bacaan sederhana dan konsep numerik dasar. Jika perhatian mereka dialihkan ke pembelajaran koding sebelum fondasi literasi dan numerasi kokoh, hal ini justru dapat menghambat perkembangan akademik mereka secara keseluruhan.

Selain itu, pemahaman dalam bentuk logika matematika dan literasi jauh lebih penting sebagai dasar untuk mempelajari koding di jenjang SMP atau lebih tinggi. Literasi membantu anak memahami instruksi dan konsep abstrak dengan lebih baik, sementara logika matematika membentuk pola berpikir sistematis yang nantinya sangat berguna dalam pemrograman. Jika kedua keterampilan ini belum matang, maka pengenalan koding justru menjadi kurang efektif dan hanya bersifat hafalan tanpa pemahaman mendalam.

3. Keterampilan Sosial dan Emosional Lebih Urgen Dibangun

Pada usia dini, anak-anak sedang berada dalam fase penguatan keterampilan sosial dan emosional. Mereka perlu belajar bekerja sama, berkomunikasi dengan baik, mengelola emosi, serta mengembangkan kreativitas dan imajinasi. Bermain, eksplorasi fisik, interaksi sosial, dan seni lebih berkontribusi dalam membangun kecerdasan sosial-emosional mereka dibandingkan dengan duduk di depan layar untuk belajar koding. Ketika anak terlalu dini terpapar pada pemrograman komputer, ada risiko mereka kehilangan kesempatan mengembangkan empati, keterampilan kolaboratif, serta kemampuan beradaptasi dalam lingkungan sosial.

4. Risiko Ketergantungan Teknologi yang Berlebihan

Dalam era digital, ketergantungan pada perangkat elektronik sudah menjadi permasalahan besar bagi anak-anak. WHO dan American Academy of Pediatrics (AAP) telah merekomendasikan pembatasan waktu layar untuk anak usia dini, karena paparan berlebihan terhadap perangkat digital dapat menyebabkan gangguan perkembangan bahasa, keterampilan motorik halus, dan kesehatan mental. Jika sejak dini anak diarahkan untuk belajar koding melalui layar, maka mereka akan semakin terdorong untuk menghabiskan waktu lebih banyak dengan teknologi, yang berpotensi mengurangi aktivitas fisik dan interaksi dunia nyata yang sangat penting bagi tumbuh kembang mereka.

Contoh nyata dari dampak negatif interaksi berlebihan dengan komputer dapat dilihat dari penelitian terbaru yang menunjukkan bahwa anak-anak yang menghabiskan lebih dari dua jam sehari di depan layar mengalami keterlambatan dalam kemampuan bahasa dan keterampilan motorik. 

Selain itu, peningkatan kasus gangguan konsentrasi dan kecemasan pada anak usia dini juga telah dikaitkan dengan penggunaan teknologi yang berlebihan. Jika pembelajaran koding mengharuskan anak untuk semakin sering terpapar layar sejak usia dini, maka risiko ini semakin besar dan bisa berdampak pada perkembangan mereka secara keseluruhan.

5. Alternatif Materi yang Lebih Bermakna untuk Usia Dini

Daripada mengenalkan koding sejak dini, ada berbagai materi yang lebih relevan dan bermanfaat untuk anak-anak usia TK dan SD, antara lain:

  • Eksperimen Sains Sederhana: Anak-anak dapat belajar konsep dasar sains melalui percobaan seperti membuat gunung meletus dari soda dan cuka, memahami gravitasi dengan benda jatuh, atau mengamati pertumbuhan tanaman. Ini membantu membangun rasa ingin tahu dan pola berpikir ilmiah yang akan berguna dalam memahami teknologi di masa depan.
  • Literasi Digital: Di era informasi, anak-anak perlu dikenalkan pada bagaimana menyaring informasi yang benar dan menghindari hoaks. Mereka bisa diajarkan cara berpikir kritis terhadap berita yang mereka baca atau bagaimana memahami sumber informasi yang terpercaya.
  • Logika dan Statistika Dasar: Konsep berpikir logis dapat diperkenalkan melalui permainan seperti Sudoku, teka-teki logika, atau konsep dasar peluang dalam matematika dan sains. Ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan berpikir sistematis dan problem-solving yang esensial sebelum mempelajari koding.
  • Kreativitas dan Imajinasi: Kegiatan menggambar, membangun dengan balok, atau bermain peran akan mengasah kemampuan berpikir kreatif dan inovatif anak-anak yang menjadi bekal penting bagi mereka di era digital.

Kesimpulan: Saatnya Berhenti Menerapkan Kebijakan yang Keliru!

Saat ini, kita berada di persimpangan jalan pendidikan. Apakah kita ingin mengikuti tren tanpa dasar ilmiah yang kuat, ataukah kita ingin membangun pendidikan yang benar-benar berpihak pada perkembangan anak? Penerapan koding di usia dini bukan hanya tidak efektif, tetapi juga berpotensi merusak fondasi perkembangan anak.

Alih-alih mengejar sesuatu yang tampak modern, kita harus fokus pada hal-hal yang benar-benar esensial: penguatan literasi, numerasi, keterampilan berpikir logis, kreativitas, serta kecerdasan sosial dan emosional. 

Jika kita memaksakan anak belajar koding terlalu dini, kita justru sedang membentuk generasi yang lemah dalam dasar-dasar berpikir, pasif dalam menerima teknologi, dan ketergantungan pada layar.

Kita tidak boleh membiarkan kebijakan pendidikan kita dikendalikan oleh tren sesaat tanpa pertimbangan jangka panjang. 

Sudah saatnya para pendidik, orang tua, dan pembuat kebijakan BERGERAK untuk memastikan bahwa anak-anak mendapatkan pendidikan yang benar-benar bermanfaat bagi masa depan mereka!

Jangan biarkan mereka menjadi korban kebijakan yang tidak matang. Saatnya kembali pada pendidikan yang berorientasi pada kebutuhan nyata anak-anak, bukan pada agenda yang hanya sekadar terlihat maju tanpa substansi!

Adi
Adi Saya adalah seorang bloger yang sudah mulai mengelola blog sejak 2010. Sebagai seorang rider, saya tertarik dengan dunia otomotif, selain juga keuangan, investasi dan start-up. Selain itu saya juga pernah menulis untuk media, khususnya topik lifestyle, esai lepas, current issue dan lainnya. Blog ini terbuka untuk content placement, sewa banner atau kerja sama lain yang saling menguntungkan.

Posting Komentar untuk "Anak TK dan SD Wajib Belajar Koding, Ngapain?!"