Soren Kierkegaard, Pelopor Eksistensialisme dan Pencari Kebenaran Pribadi
Soren Kierkegaard, seorang filsuf asal Denmark yang hidup pada abad ke-19, sering dianggap sebagai bapak eksistensialisme. Pemikirannya menyoroti kehidupan pribadi, pengalaman individu, dan bagaimana manusia menghadapi pilihan serta kebebasan dalam kehidupan mereka. Sebelum kita masuk ke dalam inti pemikirannya, mari kita lihat sedikit latar belakang hidupnya, karena kehidupannya sangat memengaruhi pemikiran-pemikirannya.
Kehidupan dan Lingkungan Sosial Kierkegaard
Soren Kierkegaard, Pelopor Eksistensialisme |
Kierkegaard lahir di Kopenhagen pada tahun 1813, dalam keluarga yang religius. Ayahnya, Michael Kierkegaard, adalah seorang Kristen yang sangat taat dan cenderung memiliki pandangan yang suram terhadap kehidupan, yang mungkin telah menanamkan rasa kecemasan dan introspeksi mendalam dalam diri Søren sejak usia muda. Iklim politik dan sosial Denmark saat itu relatif stabil, tetapi sangat konservatif, terutama di bidang agama. Denmark masih sangat dipengaruhi oleh Gereja Lutheran, yang memiliki pengaruh besar dalam kehidupan sosial dan politik.
Kierkegaard tumbuh dalam lingkungan ini, tetapi dia segera mulai mempertanyakan pandangan-pandangan yang dianut oleh banyak orang pada masa itu, terutama cara agama dipraktikkan. Kierkegaard melihat bahwa banyak orang menjalankan agama secara formalitas belaka, tanpa mengalami iman sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh dan pribadi.
Ini menjadi titik awal kritiknya terhadap Kekristenan resmi yang menurutnya terlalu terinstitusi dan kehilangan makna personal yang sejati.
Pemikiran Utama Kierkegaard
1. Eksistensi Individu
Inti pemikiran Kierkegaard berpusat pada konsep eksistensi individu. Menurutnya, eksistensi manusia adalah sesuatu yang sangat personal dan tidak bisa digeneralisasi. Tidak seperti filsuf-filsuf sebelumnya, seperti Hegel yang melihat sejarah dan masyarakat sebagai bagian dari perkembangan logika universal, Kierkegaard percaya bahwa pengalaman individu tidak bisa direduksi menjadi bagian dari sistem besar atau abstraksi logika. Setiap manusia, menurutnya, harus menghadapi pilihan-pilihan hidupnya sendiri dan memutuskan makna hidup mereka secara pribadi.
Contoh nyata dari pemikiran ini bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika seseorang memilih karier atau pasangan hidup. Kierkegaard akan mengatakan bahwa ini adalah keputusan yang sepenuhnya milik pribadi, yang tidak bisa dipaksakan oleh norma sosial, agama, atau tradisi. Setiap orang harus bergulat dengan pilihannya sendiri dan menerima tanggung jawab atas akibatnya.
2. Kecemasan dan Pilihan
Kierkegaard juga memperkenalkan konsep angst (kecemasan), yang menurutnya merupakan bagian alami dari kondisi manusia. Kecemasan muncul karena manusia memiliki kebebasan untuk memilih, tetapi dengan kebebasan itu juga datang tanggung jawab yang berat. Memilih adalah tindakan yang menakutkan, karena setiap pilihan berarti menutup pintu bagi pilihan-pilihan lain. Dalam konteks ini, Kierkegaard tidak berbicara tentang kecemasan dalam arti medis, tetapi lebih kepada kecemasan eksistensial—perasaan yang muncul ketika kita menyadari bahwa kita harus membuat keputusan penting yang akan memengaruhi hidup kita.
Sebagai contoh, ketika seseorang memilih apakah akan mengikuti impiannya untuk menjadi seniman atau memilih jalan yang lebih aman sebagai seorang karyawan di perusahaan, ia merasakan kecemasan karena tahu bahwa pilihannya akan menentukan arah hidupnya. Kierkegaard menekankan bahwa tidak ada pilihan yang benar-benar "aman" dalam kehidupan; bahkan pilihan yang tampaknya paling rasional bisa membawa kecemasan.
3. Lompatan Iman
Kierkegaard juga dikenal karena gagasannya tentang lompatan iman (leap of faith). Dia berpendapat bahwa ada batas bagi apa yang bisa dijelaskan oleh logika atau akal, terutama dalam hal iman dan keyakinan religius. Pada titik tertentu, setiap orang harus membuat keputusan untuk percaya, meskipun tanpa bukti rasional yang memadai. Ini adalah lompatan yang mengharuskan keberanian, karena manusia tidak pernah bisa benar-benar yakin apakah ia telah memilih dengan benar.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa melihat contoh lompatan iman ini dalam keputusan-keputusan yang membutuhkan kepercayaan tanpa kepastian mutlak. Misalnya, seseorang yang memutuskan untuk menikah tidak pernah bisa sepenuhnya yakin bagaimana pernikahan itu akan berjalan, tetapi ia tetap membuat keputusan untuk berkomitmen.
Hubungan dengan Pemikir Lain
1. Pengaruh Filsuf Sebelumnya
Kierkegaard sering berhadapan dengan pemikiran Hegel, yang sangat berpengaruh pada masa itu. Hegel memiliki pandangan bahwa sejarah dan realitas adalah hasil dari proses dialektika yang berkembang secara sistematis dan logis. Menurut Hegel, segala sesuatu di dunia saling berhubungan dan dapat dipahami melalui prinsip-prinsip rasional yang besar. Kierkegaard menolak ini. Baginya, manusia adalah individu yang unik dengan pengalaman-pengalaman subjektif yang tidak dapat dijelaskan oleh sistem yang abstrak.
2. Pengaruh pada Pemikir Setelahnya
Kierkegaard memiliki pengaruh besar pada perkembangan filsafat eksistensialis, terutama pada pemikir seperti Jean-Paul Sartre, Martin Heidegger, dan Albert Camus. Sartre, misalnya, melanjutkan pemikiran Kierkegaard tentang kebebasan dan kecemasan eksistensial, tetapi tanpa memasukkan unsur religius. Sartre percaya bahwa manusia "dikondem" untuk bebas—bahwa kita harus terus-menerus membuat pilihan dalam hidup, bahkan ketika itu sangat sulit. Namun, Sartre menghilangkan unsur "lompatan iman" Kierkegaard, karena ia menolak gagasan tentang Tuhan atau kehidupan setelah kematian.
Martin Heidegger, di sisi lain, sangat dipengaruhi oleh ide Kierkegaard tentang kecemasan dan kebebasan. Dalam karyanya Being and Time, Heidegger berbicara tentang konsep Dasein, yang merupakan istilah untuk keberadaan manusia yang sadar akan kematiannya sendiri dan harus hidup dalam ketidakpastian. Ini sangat mirip dengan kecemasan eksistensial yang dibahas oleh Kierkegaard.
Albert Camus, meskipun dikenal sebagai seorang pemikir absurd, juga terpengaruh oleh Kierkegaard, terutama dalam hal pencarian makna dalam dunia yang tampaknya tidak masuk akal. Namun, Camus menolak lompatan iman dan malah memilih pemberontakan sebagai respons terhadap absurditas hidup.
Relevansi Pemikiran Kierkegaard Saat Ini
Pemikiran Kierkegaard tetap relevan hingga hari ini, terutama ketika kita menghadapi dunia yang semakin kompleks dan penuh pilihan.
Di era modern, di mana orang sering kali merasa terjebak antara kebebasan yang luas dan kebingungan tentang arah hidup, ide-ide Kierkegaard tentang kecemasan, kebebasan, dan pentingnya keputusan pribadi sangatlah relevan. Misalnya, dalam dunia digital saat ini, di mana informasi dan pilihan begitu banyak, sering kali kita merasa kewalahan dalam membuat keputusan yang benar untuk diri kita sendiri.
Kierkegaard mengajarkan bahwa kebebasan bukanlah sesuatu yang mudah atau sederhana. Setiap keputusan membawa tanggung jawab besar, dan kita harus bersedia menerima kecemasan yang datang bersama kebebasan itu.
Tetapi di balik kecemasan dan ketidakpastian, Kierkegaard melihat ada potensi bagi manusia untuk menemukan makna sejati dalam hidup—melalui keberanian untuk membuat pilihan pribadi dan, dalam beberapa kasus, melalui lompatan iman.
Kierkegaard dan Kita
Kierkegaard memberi kita perspektif bahwa hidup adalah tentang menghadapi kebebasan, kecemasan, dan tanggung jawab pribadi. Setiap orang harus memilih jalannya sendiri, dan meskipun kecemasan mungkin tak terhindarkan, hal itu adalah bagian dari keberadaan manusia yang unik. Ajarannya menginspirasi banyak pemikir sesudahnya dan tetap relevan dalam konteks dunia modern yang penuh pilihan dan ketidakpastian.
Itulah sekelumit pemikiran Kierkegaard. Kenapa berhenti? Ayo lanjutkan dengan membaca artikel-artikel bertema filsafat lainnya, seperti:
Posting Komentar untuk "Soren Kierkegaard, Pelopor Eksistensialisme dan Pencari Kebenaran Pribadi"
Pembaca yang baik adalah yang menulis komentar sebelum pergi. Komentar Anda akan muncul setelah kami review. Dilarang menuliskan link hidup apapun.