Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

John Wesley, Pendiri Gereja Metodis

Profil John Wesley

John Wesley, Pendiri Gereja Metodis
John Wesley, Pendiri Gereja Metodis

John Wesley lahir pada tanggal 28 Juni 1703 di Epworth, Inggris, sebagai anak ke-15 dari Susanna dan Samuel Wesley. John tumbuh dalam lingkungan keluarga religius yang mendalam. Ayahnya adalah seorang pendeta Anglikan, sementara ibunya dikenal sebagai sosok yang sangat berpengaruh dalam pembentukan spiritualitas anak-anaknya. 

Susanna, yang mengajar anak-anaknya membaca Alkitab sejak kecil, menanamkan dasar-dasar agama Kristen yang kuat dalam diri John. Wesley terkenal karena ketekunannya dalam studi dan disiplin spiritual. Setelah menyelesaikan studinya di Universitas Oxford, ia ditahbiskan sebagai pendeta Anglikan.

Namun, yang membuat John Wesley menonjol bukan hanya kecemerlangannya sebagai pendeta, tetapi juga kegigihannya dalam mendekatkan ajaran Kristen kepada rakyat jelata. Bersama saudaranya, Charles Wesley, John mendirikan Gerakan Metodis, yang kemudian menjadi salah satu denominasi Kristen terbesar di dunia. Salah satu kutipan terkenalnya adalah, "Do all the good you can, by all the means you can, in all the ways you can, in all the places you can, at all the times you can, to all the people you can, as long as ever you can."

Lingkungan Sosial, Budaya, Politik, dan Agama

Kehidupan John Wesley tidak terlepas dari pergolakan besar di Inggris abad ke-18. Pada saat itu, Inggris sedang berada dalam gejolak sosial dan politik yang besar. Revolusi industri sedang berkembang, dan perpecahan kelas antara kaum kaya dan kaum pekerja semakin melebar. 

Kondisi ekonomi yang tidak stabil mengakibatkan ketidakadilan sosial yang sangat mencolok. Banyak rakyat kecil hidup dalam kemiskinan, sementara gereja resmi Anglikan sering dianggap hanya melayani kebutuhan kaum elit.

Dari sisi agama, Gereja Anglikan menghadapi tantangan besar. Meskipun merupakan gereja resmi negara, banyak orang merasa bahwa gereja itu telah menjadi terlalu kaku dan jauh dari realitas kehidupan sehari-hari. Di tengah situasi ini, munculnya gerakan-gerakan radikal seperti Deisme dan Ateisme semakin menggoyahkan iman banyak orang. Wesley melihat ini sebagai kesempatan untuk menghidupkan kembali semangat Injil dan membawa pesan Kristus lebih dekat ke kehidupan sehari-hari rakyat biasa.

Pemikir, Filsuf, dan Tokoh Agama yang Menjadi Inspirasi

John Wesley terinspirasi oleh berbagai pemikir dan tokoh agama yang mendahuluinya. Salah satu yang paling berpengaruh adalah Moravian Pietism, sebuah gerakan yang menekankan kesalehan pribadi dan kehidupan Kristen yang mendalam. Pertemuan Wesley dengan kaum Moravia dalam perjalanannya ke Amerika tahun 1735 menjadi momen penting dalam hidupnya. Di tengah badai yang mengancam nyawa, Wesley terkesan dengan ketenangan dan kepercayaan mutlak orang Moravia kepada Tuhan, yang membuatnya merenungkan kedalaman imannya sendiri.

Selain itu, karya-karya teologi dari Martin Luther dan John Calvin juga memberi warna pada pemikiran Wesley, meskipun dia akhirnya mengembangkan teologinya sendiri yang berbeda dari kedua tokoh tersebut. Wesley percaya pada konsep "kebangkitan hati" (heartwarming experience), di mana seseorang bisa merasakan kepastian keselamatan secara pribadi, sebuah ide yang ia dapatkan dari pengalamannya di Aldersgate pada tahun 1738, ketika ia merasa hatinya hangat.

Inti Pemikiran John Wesley

Ajaran John Wesley sering diringkas dalam konsep yang dikenal sebagai "teologi kesempurnaan Kristen." Wesley percaya bahwa orang Kristen tidak hanya diselamatkan melalui iman, tetapi mereka juga dipanggil untuk mencapai "kesempurnaan dalam kasih" selama hidup mereka. Dalam kata-katanya, "We are to expect to be made perfect in love in this life; that is, loving God with all our heart, and our neighbor as ourselves." Artinya, menurut Wesley, orang percaya dapat mencapai kesempurnaan moral dan spiritual dengan kasih yang mendalam kepada Tuhan dan sesama.

Selain itu, John Wesley juga sangat menekankan pentingnya amal dan pelayanan sosial. Baginya, iman tanpa perbuatan adalah mati (Yakobus 2:26), dan oleh karena itu, ia mendorong para pengikutnya untuk terlibat aktif dalam kehidupan sosial, membantu orang miskin, dan memperjuangkan keadilan sosial.

Tokoh yang Terinspirasi oleh John Wesley

Ajaran dan semangat John Wesley tidak berhenti hanya pada zamannya. Banyak tokoh besar di kemudian hari yang terinspirasi oleh pemikirannya. Salah satunya adalah William Wilberforce, seorang tokoh penting dalam gerakan penghapusan perbudakan di Inggris. Pengaruh Metodisme Wesley, dengan penekanannya pada kesetaraan dan martabat manusia, menjadi salah satu faktor yang menggerakkan Wilberforce dalam perjuangannya.

Di Amerika Serikat, Gerakan Metodis berkembang pesat, terutama di antara kelas pekerja dan kelompok-kelompok minoritas. Sosok seperti Francis Asbury menjadi tokoh penting dalam menyebarkan ajaran Wesley di benua baru. Hingga hari ini, gereja Metodis dan ajarannya memiliki pengaruh yang kuat di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, dan Korea Selatan.

Perkembangan Ajaran John Wesley

Setelah kematiannya pada tahun 1791, ajaran John Wesley tidak memudar, malah semakin berkembang. Gerakan Metodis pecah dari Gereja Anglikan dan membentuk denominasi sendiri yang independen. Selama abad ke-19 dan awal abad ke-20, Metodisme menjadi salah satu denominasi Kristen terbesar di dunia, terutama di Amerika Serikat. Meskipun gerakan ini mengalami berbagai pecahan internal, nilai-nilai Wesleyan tentang kesucian pribadi, pelayanan sosial, dan kesetaraan tetap menjadi fondasi kuat dari tradisi ini.

Kontribusinya dalam Perkembangan Agama Kristen

Kontribusi terbesar John Wesley bagi agama Kristen adalah pengembalian fokus pada pengalaman pribadi dalam beriman. Dia mengingatkan gereja bahwa keselamatan bukan hanya soal teologi, tetapi juga soal hubungan pribadi dengan Tuhan. Wesley juga membantu menciptakan gerakan penginjilan yang fokus pada orang-orang yang sering kali diabaikan oleh gereja resmi, seperti kaum miskin dan kelas pekerja. Dalam khotbah-khotbahnya, Wesley sering menyampaikan pesan bahwa kasih Tuhan tersedia untuk semua orang, tanpa memandang status sosial atau latar belakang.

Kontroversinya

Meskipun dihormati sebagai salah satu tokoh besar dalam sejarah Kekristenan Protestan, Wesley tidak lepas dari kontroversi. Banyak yang mengkritik metode penginjilannya yang tidak biasa, seperti berkhotbah di luar ruangan, yang pada saat itu dianggap tidak sopan. Selain itu, ajarannya tentang kesempurnaan Kristen juga menuai kritik dari beberapa kalangan yang menganggapnya terlalu idealis dan tidak realistis.

Namun, terlepas dari kritik yang ia hadapi, Wesley tetap teguh pada keyakinannya. Dia menolak tunduk pada tekanan dari gereja resmi dan terus berusaha mendekatkan Injil kepada mereka yang paling membutuhkannya. Di masa kini, ajaran Wesley tentang kasih dan pelayanan sosial tetap relevan, terutama dalam konteks masyarakat modern yang semakin materialistis dan terfragmentasi.

Melihat kehidupan dan ajaran John Wesley, kita diingatkan bahwa perubahan besar sering kali dimulai dari individu yang bersedia melawan arus dan mengabdikan hidupnya untuk kebaikan orang lain. Seperti yang dikatakan Yesus dalam Matius 25:40, "Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku."

Adi
Adi Saya adalah seorang bloger yang sudah mulai mengelola blog sejak 2010. Sebagai seorang rider, saya tertarik dengan dunia otomotif, selain juga keuangan, investasi dan start-up. Selain itu saya juga pernah menulis untuk media, khususnya topik lifestyle, esai lepas, current issue dan lainnya. Blog ini terbuka untuk content placement, sewa banner atau kerja sama lain yang saling menguntungkan.

Posting Komentar untuk "John Wesley, Pendiri Gereja Metodis"