John Calvin dan Calvinisme
Ketika berbicara tentang sejarah pemikiran Kristen, nama John Calvin pasti tidak bisa dilewatkan. Ia adalah seorang reformator besar, teolog yang mendalam, dan seorang pemimpin yang pemikirannya memengaruhi dunia hingga hari ini. Meskipun hidup pada abad ke-16, jejak pemikiran Calvin masih terasa dalam gereja-gereja Protestan, sistem pemerintahan, hingga kehidupan sosial modern. Siapa sebenarnya John Calvin, dan apa warisan yang ditinggalkannya bagi dunia?
Kehidupan Awal John Calvin
John Calvin |
John Calvin lahir dengan nama Jean Cauvin pada 10 Juli 1509 di Noyon, sebuah kota kecil di Prancis. Dia dibesarkan dalam keluarga Katolik yang cukup mapan. Ayahnya, Gérard Cauvin, bekerja sebagai penasihat hukum untuk uskup setempat, sehingga Calvin dapat menikmati pendidikan yang baik. Pada awalnya, Calvin didorong untuk menekuni karier di bidang hukum.
Namun, di masa mudanya, sesuatu yang besar terjadi dalam hidup Calvin. Ia mengalami pertobatan mendadak, yang mengubah hidupnya dari seorang calon pengacara menjadi seorang reformator yang berdedikasi. Pada saat itulah, Calvin mulai tertarik pada gerakan Reformasi Protestan yang saat itu sedang melanda Eropa, yang dimulai oleh Martin Luther. Calvin akhirnya meninggalkan Prancis dan menetap di Jenewa, Swiss, di mana ia kemudian mengembangkan banyak pemikirannya yang berpengaruh.
Pemikiran Calvin
Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah
Roma 3:23
John Calvin dikenal sebagai seorang pemikir yang sangat rasional dan sistematis. Pemikirannya bisa dirangkum dalam bukunya yang paling terkenal, Institutio Christianae Religionis (Institusi Agama Kristen). Buku ini tidak hanya memuat ajaran-ajaran teologis, tetapi juga pandangannya tentang kehidupan sehari-hari.
Calvin percaya bahwa seluruh hidup manusia ada di bawah kedaulatan Allah. Baginya, tidak ada yang terjadi secara kebetulan; semua ada dalam rencana Allah. Salah satu konsep terkenal dari Calvin adalah Predestinasi. Ia percaya bahwa Allah telah memilih siapa yang akan diselamatkan dan siapa yang tidak, bahkan sebelum dunia diciptakan. Pemikiran ini kadang-kadang sulit diterima oleh sebagian orang, namun Calvin menegaskan bahwa itu adalah bagian dari keadilan dan kasih Allah yang tak terhingga.
Mengutip Oliver Cromwell, seorang pemimpin yang terinspirasi oleh ajaran Calvin, "Man proposes, but God disposes." Kalimat ini mencerminkan keyakinan Calvin bahwa manusia dapat merencanakan banyak hal, namun pada akhirnya, kehendak Allah yang terjadi.
TULIP ala John Calvin
TULIP adalah akronim yang merangkum lima poin utama dalam teologi Calvinisme, yang merupakan pandangan teologis dari Yohanes Calvin dan Reformasi Protestan. TULIP adalah penjelasan tentang doktrin predestinasi dan kedaulatan Allah, khususnya dalam kaitannya dengan keselamatan manusia. Berikut adalah rincian masing-masing poin dalam TULIP beserta ayat-ayat Alkitab yang berkaitan dengan ajaran tersebut:
Total Depravity (Kerusakan Total) Ajaran ini menyatakan bahwa manusia, karena dosa asal, telah jatuh dalam dosa sepenuhnya. Akibatnya, manusia tidak dapat, dengan kekuatannya sendiri, memilih untuk mengikuti Allah atau melakukan hal-hal yang berkenan bagi-Nya. Manusia memerlukan anugerah Allah untuk diselamatkan.
- Ayat Alkitab:
- Roma 3:10-12: "Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng..."
- Efesus 2:1: "Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu."
- Ayat Alkitab:
Unconditional Election (Pemilihan Tanpa Syarat) Allah memilih beberapa orang untuk diselamatkan, bukan berdasarkan perbuatan atau kualitas apa pun dari manusia, tetapi semata-mata karena kehendak dan rencana-Nya sendiri. Pemilihan ini didasarkan pada kasih karunia Allah yang tidak bersyarat.
- Ayat Alkitab:
- Efesus 1:4-5: "Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya."
- Roma 9:15-16: "Sebab Ia berfirman kepada Musa: 'Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan...' Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah."
- Ayat Alkitab:
Limited Atonement (Penebusan Terbatas) Doktrin ini menyatakan bahwa penebusan yang dilakukan oleh Yesus Kristus di kayu salib adalah terbatas pada mereka yang dipilih Allah. Penebusan Kristus efektif hanya bagi orang-orang yang dipilih, meskipun cukup kuat untuk menyelamatkan seluruh dunia.
- Ayat Alkitab:
- Yohanes 10:14-15: "Akulah gembala yang baik, dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku... Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku."
- Matius 1:21: "Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka."
- Ayat Alkitab:
Irresistible Grace (Anugerah yang Tidak Dapat Ditolak) Ajaran ini menyatakan bahwa ketika Allah memanggil seseorang untuk diselamatkan, panggilan-Nya tidak dapat ditolak. Allah bekerja secara efektif di hati orang yang dipilih-Nya sehingga mereka pasti akan menerima keselamatan.
- Ayat Alkitab:
- Yohanes 6:37: "Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang."
- Roma 8:30: "Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya; dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya."
- Ayat Alkitab:
Perseverance of the Saints (Ketekunan Orang Kudus) Doktrin ini menegaskan bahwa orang-orang yang dipilih oleh Allah dan telah menerima anugerah keselamatan akan terus bertekun dalam iman hingga akhir hidup mereka. Mereka tidak akan terlepas dari kasih karunia Allah.
- Ayat Alkitab:
- Yohanes 10:28-29: "Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya, dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku."
- Filipi 1:6: "Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus."
- Ayat Alkitab:
Kelima poin ini adalah inti dari ajaran Calvinisme dan menekankan kedaulatan Allah dalam keselamatan serta ketidakberdayaan manusia tanpa anugerah Allah. Ayat-ayat Alkitab yang terkait memberikan dasar untuk setiap doktrin dalam TULIP, memperlihatkan hubungan antara teologi Calvin dengan Kitab Suci.
Teologi Calvin
Teologi Calvin sangat berakar pada Kitab Suci. Dia percaya bahwa Alkitab adalah satu-satunya sumber kebenaran ilahi. Di dalam Alkitab, Calvin melihat Allah sebagai Tuhan yang Maha Kuasa dan manusia sebagai makhluk yang berdosa dan memerlukan kasih karunia. Salah satu fokus teologi Calvin adalah tentang kedaulatan Allah. Ia sering mengutip ayat seperti Yesaya 46:10, "yang memberitahukan dari mulanya hal yang kemudian, dan dari zaman purbakala apa yang belum terlaksana, yang berkata: Rancanganku akan sampai, dan segala kehendakku akan kulaksanakan."
Selain itu, Calvin juga sangat menekankan pentingnya disiplin gereja dan pendidikan bagi umat Kristen. Baginya, gereja tidak hanya tempat ibadah, tetapi juga lembaga yang mendidik dan membentuk karakter para anggotanya.
Konsep total depravity atau kerusakan total adalah salah satu pilar teologi Calvin. Ini berarti bahwa dosa telah merusak seluruh keberadaan manusia, dan hanya kasih karunia Allah yang bisa menyelamatkan kita. Calvin sering kali mengutip ayat seperti Roma 3:23, "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah," sebagai landasan untuk pandangannya tentang keadaan manusia tanpa intervensi Tuhan.
Kontroversi di Sekitar Calvin
Seperti banyak tokoh besar lainnya, pemikiran Calvin juga memicu kontroversi. Salah satu aspek paling kontroversial dari ajarannya adalah doktrin Predestinasi. Beberapa orang merasa bahwa gagasan ini membuat manusia tidak memiliki kehendak bebas, dan bahwa Tuhan tampaknya tidak adil dengan memilih beberapa orang untuk diselamatkan dan yang lainnya tidak.
Calvin juga dikenal dengan hubungannya yang sulit dengan Michael Servetus, seorang dokter dan teolog yang menentang doktrin Tritunggal. Ketika Servetus datang ke Jenewa, ia ditangkap dan dihukum mati karena ajaran sesat. Peristiwa ini menyebabkan Calvin dikritik keras oleh banyak orang, bahkan hingga hari ini. Banyak yang berpendapat bahwa Calvin seharusnya menunjukkan lebih banyak kasih daripada menghukum mereka yang tidak setuju dengan pandangannya.
Namun, Calvin percaya bahwa disiplin teologis dan integritas doktrin adalah hal yang sangat penting bagi kesehatan gereja. Dalam pandangannya, membiarkan ajaran sesat tanpa hukuman adalah membiarkan umat beriman tersesat dari kebenaran.
Warisan Calvin bagi Dunia
Meskipun pemikirannya kontroversial bagi sebagian orang, warisan Calvin sangatlah besar. Ajaran Calvin tentang pemerintahan dan disiplin gereja memengaruhi banyak negara di Eropa, termasuk Belanda, Skotlandia, dan Inggris. Bahkan, sistem pemerintahan di Amerika Serikat pada akhirnya dipengaruhi oleh pemikirannya.
Banyak yang menyebut bahwa konsep Calvin tentang kedaulatan Allah dan tanggung jawab individu membantu memupuk etika kerja yang kuat, yang kemudian dikenal sebagai etika Protestan. Etika ini sering dikaitkan dengan perkembangan kapitalisme modern, di mana tanggung jawab individu dan kerja keras dianggap sebagai tanda pemilihan Allah. Calvin juga mendorong pendidikan umum, meyakini bahwa setiap orang harus bisa membaca Alkitab sendiri. Ini menyebabkan meningkatnya tingkat literasi di kalangan masyarakat yang mengikuti ajarannya.
Pemimpin Dunia yang Terinspirasi oleh Calvin
Salah satu tokoh penting yang terinspirasi oleh ajaran John Calvin adalah Oliver Cromwell, pemimpin Inggris yang membawa perubahan besar di negaranya. Cromwell, yang memimpin Inggris menjadi negara republik pada abad ke-17, sering dikaitkan dengan penganut ajaran Calvin. Ia memperjuangkan ide tentang kedaulatan Allah dan peran sentral Alkitab dalam kehidupan sehari-hari dan pemerintahan.
Pemimpin lainnya yang terinspirasi oleh Calvin adalah John Knox, seorang reformator Skotlandia yang membawa gerakan Reformasi ke Skotlandia. Knox mengadopsi banyak ajaran Calvin dan memainkan peran kunci dalam pembentukan gereja Presbiterian di Skotlandia.
Bahkan, sistem demokrasi modern dan pemerintahan republik di Amerika Serikat dipengaruhi oleh pemikiran Calvin. Para Bapak Pendiri Amerika, seperti John Adams dan James Madison, menyebut bahwa pandangan Calvin tentang pembatasan kekuasaan manusia dan kedaulatan Allah memberikan dasar bagi sistem checks and balances dalam pemerintahan Amerika Serikat.
Calvin dan Calvinisme
1. 1509 – Kelahiran Yohanes Calvin
Yohanes Calvin lahir pada 10 Juli 1509 di Noyon, Prancis. Ia kemudian dikenal sebagai salah satu pemimpin utama Reformasi Protestan.
2. 1536 – Penerbitan "Institutes of the Christian Religion"
Calvin menerbitkan buku "Institutes of the Christian Religion" (Institusi Agama Kristen), yang menjadi karya teologi besar dan mendasar dari Calvinisme. Buku ini pertama kali terbit di Basel dalam bahasa Latin dan ditujukan sebagai panduan bagi umat Kristen tentang iman dan kehidupan.
3. 1537 – Kepemimpinan Calvin di Jenewa
Calvin diundang oleh William Farel ke Jenewa, Swiss, untuk membantu memperbaiki gereja di sana. Calvin mengambil peran utama dalam memperkenalkan disiplin gereja yang ketat dan sistem pemerintahan gereja presbiterian.
4. 1541 – Pengaruh Calvin di Jenewa
Calvin kembali ke Jenewa setelah diusir pada 1538. Pada periode ini, ia berhasil memperkuat pengaruhnya dan menetapkan kota itu sebagai pusat Reformasi. Jenewa menjadi pusat Calvinisme di seluruh Eropa.
5. 1564 – Meninggalnya Yohanes Calvin
Yohanes Calvin meninggal pada 27 Mei 1564. Namun, pengaruhnya terus berkembang, terutama melalui para pengikutnya.
6. 1610 – Arminianisme dan Pertentangan dengan Calvinisme
Pengikut Jacobus Arminius, yang tidak sepakat dengan pandangan predestinasi Calvin, mengeluarkan “Remonstrance” yang berisi penolakan terhadap beberapa poin utama Calvinisme. Ini memunculkan perdebatan besar di gereja.
7. 1618-1619 – Sinode Dordrecht
Sinode Dordrecht (atau Sinode Dort) di Belanda diadakan untuk merespons perdebatan dengan Arminianisme. Sinode ini memutuskan bahwa pandangan Arminian tidak sesuai dengan Alkitab dan memperteguh doktrin Calvinis melalui formulasi TULIP. Sinode ini juga menghasilkan Pengakuan Iman Belgia dan Katekismus Heidelberg, dua dokumen penting dalam teologi Reformed.
8. 1640-an – Pengaruh di Inggris dan Skotlandia
Ajaran Calvin berkembang pesat di Inggris dan Skotlandia, terutama melalui Gerakan Puritan. Di Skotlandia, John Knox menjadi tokoh utama yang membawa Calvinisme dan membantu mendirikan Gereja Skotlandia (Presbiterian).
9. 1650-1750 – Penyebaran ke Amerika Utara
Para imigran Puritan membawa ajaran Calvinisme ke Amerika Utara, di mana ajaran ini menjadi pengaruh kuat dalam pembentukan gereja-gereja Kristen Protestan di koloni-koloni Amerika. Gereja Kongregasionalis, Baptis Reformed, dan Presbiterian didirikan atas dasar ajaran ini.
10. 1800-an – Neo-Calvinisme
Abraham Kuyper, seorang teolog dan negarawan Belanda, mengembangkan Neo-Calvinisme yang menekankan bahwa kedaulatan Allah tidak hanya berlaku dalam keselamatan, tetapi juga dalam setiap aspek kehidupan (politik, budaya, pendidikan, dll.). Kuyper menjadi tokoh utama dalam memperbarui Calvinisme dalam konteks sosial dan politik modern.
11. 1900-an – Kebangkitan Calvinisme di Amerika
Di Amerika Serikat, Calvinisme mengalami kebangkitan, khususnya melalui gerakan Reformed Baptis dan Presbyterianisme. Teolog seperti Cornelius Van Til dan John Murray memperkuat ajaran Calvinisme dalam bidang apologetika dan etika.
12. 1950-2000 – Calvinisme Baru (New Calvinism)
Pada akhir abad ke-20, terjadi kebangkitan Calvinisme di kalangan generasi muda Protestan, terutama di Amerika. Gerakan ini sering disebut New Calvinism (Calvinisme Baru) yang dipelopori oleh teolog seperti John Piper, R.C. Sproul, dan Tim Keller. Mereka menekankan kembali kedaulatan Allah dalam keselamatan serta pentingnya disiplin spiritual.
13. 2009 – Pengakuan New Calvinism
Majalah TIME mencantumkan New Calvinism sebagai salah satu dari "10 Ide yang Mengubah Dunia Saat Ini". Gerakan ini menarik banyak pengikut di kalangan generasi muda, terutama melalui media digital, konferensi, dan publikasi teologis.
14. Era Modern – Globalisasi Calvinisme
Calvinisme terus berkembang di berbagai belahan dunia, dengan gereja-gereja Reformed tumbuh di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Berkat kemajuan teknologi, ajaran Calvinisme juga semakin tersebar luas melalui internet, podcast, dan platform media sosial.
15. Pengaruh di Era Kontemporer
Calvinisme tetap relevan dalam teologi modern, dengan banyak gereja Reformed dan Presbiterian memelihara ajaran dasar Calvin sambil beradaptasi dengan konteks sosial yang terus berubah. Ajaran Calvinisme sering muncul dalam perdebatan teologis mengenai predestinasi, etika, dan pemerintahan gereja.
1. 1509 – Kelahiran Yohanes Calvin
Yohanes Calvin lahir pada 10 Juli 1509 di Noyon, Prancis. Ia kemudian dikenal sebagai salah satu pemimpin utama Reformasi Protestan.
2. 1536 – Penerbitan "Institutes of the Christian Religion"
Calvin menerbitkan buku "Institutes of the Christian Religion" (Institusi Agama Kristen), yang menjadi karya teologi besar dan mendasar dari Calvinisme. Buku ini pertama kali terbit di Basel dalam bahasa Latin dan ditujukan sebagai panduan bagi umat Kristen tentang iman dan kehidupan.
3. 1537 – Kepemimpinan Calvin di Jenewa
Calvin diundang oleh William Farel ke Jenewa, Swiss, untuk membantu memperbaiki gereja di sana. Calvin mengambil peran utama dalam memperkenalkan disiplin gereja yang ketat dan sistem pemerintahan gereja presbiterian.
4. 1541 – Pengaruh Calvin di Jenewa
Calvin kembali ke Jenewa setelah diusir pada 1538. Pada periode ini, ia berhasil memperkuat pengaruhnya dan menetapkan kota itu sebagai pusat Reformasi. Jenewa menjadi pusat Calvinisme di seluruh Eropa.
5. 1564 – Meninggalnya Yohanes Calvin
Yohanes Calvin meninggal pada 27 Mei 1564. Namun, pengaruhnya terus berkembang, terutama melalui para pengikutnya.
6. 1610 – Arminianisme dan Pertentangan dengan Calvinisme
Pengikut Jacobus Arminius, yang tidak sepakat dengan pandangan predestinasi Calvin, mengeluarkan “Remonstrance” yang berisi penolakan terhadap beberapa poin utama Calvinisme. Ini memunculkan perdebatan besar di gereja.
7. 1618-1619 – Sinode Dordrecht
Sinode Dordrecht (atau Sinode Dort) di Belanda diadakan untuk merespons perdebatan dengan Arminianisme. Sinode ini memutuskan bahwa pandangan Arminian tidak sesuai dengan Alkitab dan memperteguh doktrin Calvinis melalui formulasi TULIP. Sinode ini juga menghasilkan Pengakuan Iman Belgia dan Katekismus Heidelberg, dua dokumen penting dalam teologi Reformed.
8. 1640-an – Pengaruh di Inggris dan Skotlandia
Ajaran Calvin berkembang pesat di Inggris dan Skotlandia, terutama melalui Gerakan Puritan. Di Skotlandia, John Knox menjadi tokoh utama yang membawa Calvinisme dan membantu mendirikan Gereja Skotlandia (Presbiterian).
9. 1650-1750 – Penyebaran ke Amerika Utara
Para imigran Puritan membawa ajaran Calvinisme ke Amerika Utara, di mana ajaran ini menjadi pengaruh kuat dalam pembentukan gereja-gereja Protestan di koloni-koloni Amerika. Gereja Kongregasionalis, Baptis Reformed, dan Presbiterian didirikan atas dasar ajaran ini.
10. 1800-an – Neo-Calvinisme
Abraham Kuyper, seorang teolog dan negarawan Belanda, mengembangkan Neo-Calvinisme yang menekankan bahwa kedaulatan Allah tidak hanya berlaku dalam keselamatan, tetapi juga dalam setiap aspek kehidupan (politik, budaya, pendidikan, dll.). Kuyper menjadi tokoh utama dalam memperbarui Calvinisme dalam konteks sosial dan politik modern.
11. 1900-an – Kebangkitan Calvinisme di Amerika
Di Amerika Serikat, Calvinisme mengalami kebangkitan, khususnya melalui gerakan Reformed Baptis dan Presbyterianisme. Teolog seperti Cornelius Van Til dan John Murray memperkuat ajaran Calvinisme dalam bidang apologetika dan etika.
12. 1950-2000 – Calvinisme Baru (New Calvinism)
Pada akhir abad ke-20, terjadi kebangkitan Calvinisme di kalangan generasi muda Protestan, terutama di Amerika. Gerakan ini sering disebut New Calvinism (Calvinisme Baru) yang dipelopori oleh teolog seperti John Piper, R.C. Sproul, dan Tim Keller. Mereka menekankan kembali kedaulatan Allah dalam keselamatan serta pentingnya disiplin spiritual.
13. 2009 – Pengakuan New Calvinism
Majalah TIME mencantumkan New Calvinism sebagai salah satu dari "10 Ide yang Mengubah Dunia Saat Ini". Gerakan ini menarik banyak pengikut di kalangan generasi muda, terutama melalui media digital, konferensi, dan publikasi teologis.
14. Era Modern – Globalisasi Calvinisme
Calvinisme terus berkembang di berbagai belahan dunia, dengan gereja-gereja Reformed tumbuh di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Berkat kemajuan teknologi, ajaran Calvinisme juga semakin tersebar luas melalui internet, podcast, dan platform media sosial.
15. Pengaruh di Era Kontemporer
Calvinisme tetap relevan dalam teologi modern, dengan banyak gereja Reformed dan Presbiterian memelihara ajaran dasar Calvin sambil beradaptasi dengan konteks sosial yang terus berubah. Ajaran Calvinisme sering muncul dalam perdebatan teologis mengenai predestinasi, etika, dan pemerintahan gereja.
Kesimpulan: Dari awalnya di abad ke-16, Calvinisme telah berkembang menjadi salah satu aliran teologi Kristen yang paling berpengaruh di dunia, terus mengalami penyesuaian dan kebangkitan di berbagai konteks sejarah dan geografis hingga era modern.
Sebagaimana Oliver Cromwell pernah berkata, "Put your trust in God, but keep your powder dry," demikian juga Calvin mengajarkan bahwa meskipun kita percaya sepenuhnya pada kedaulatan Tuhan, kita juga memiliki tanggung jawab untuk bekerja keras dan memegang teguh prinsip-prinsip iman kita. Warisan John Calvin tidak hanya hidup di gereja-gereja, tetapi juga di dunia yang terus berubah ini.
Posting Komentar untuk "John Calvin dan Calvinisme"
Pembaca yang baik adalah yang menulis komentar sebelum pergi. Komentar Anda akan muncul setelah kami review. Dilarang menuliskan link hidup apapun.