Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

René Descartes, Sang Bapak Filsafat Modern dan Inti Pemikirannya

Rene Descartes (1596–1650) adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah filsafat Barat. Ia sering disebut sebagai Bapak Filsafat Modern karena pemikirannya menjadi dasar bagi perkembangan filsafat di era modern. 

Lahir di Prancis, Descartes tumbuh di lingkungan Eropa yang tengah mengalami banyak perubahan besar, baik dari segi politik, sosial, maupun intelektual. Masa hidupnya adalah masa yang penuh pergolakan, terutama dengan munculnya zaman pencerahan, kebangkitan ilmu pengetahuan, dan tantangan terhadap otoritas gereja.

Kehidupan dan Lingkungan Sosial Descartes

inti-pemikiran-rene-descartes
inti-pemikiran-rene-descartes

Descartes hidup di masa ketika Eropa sedang mengalami transisi besar dari zaman pertengahan menuju modernitas. Pada abad ke-17, Revolusi Ilmiah sedang berkembang pesat, dengan tokoh-tokoh seperti Galileo Galilei dan Johannes Kepler yang mulai mengubah cara pandang terhadap alam semesta. Di sisi lain, otoritas gereja Katolik masih sangat kuat, meskipun mulai diguncang oleh reformasi agama yang melahirkan Kristen Protestan yang sudah berlangsung sejak abad sebelumnya.

Descartes sendiri lahir di keluarga bangsawan dan mendapat pendidikan yang baik, termasuk di bidang matematika, sains, dan filsafat. Sejak muda, ia menunjukkan ketertarikan besar pada pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang kehidupan, realitas, dan pengetahuan. 

Namun, ia juga merasa skeptis terhadap banyak hal yang diajarkan kepadanya di sekolah-sekolah tradisional. Inilah yang kemudian mendorongnya untuk merumuskan metode baru dalam mencari kebenaran.

Inti Pemikiran Descartes: Cogito, Ergo Sum

aku berpikir maka aku ada
aku berpikir maka aku ada

Descartes dikenal dengan pemikirannya yang disebut rasionalisme, yaitu pandangan bahwa akal adalah sumber utama dan paling andal untuk mendapatkan pengetahuan. Inti pemikirannya yang paling terkenal dirumuskan dalam ungkapan Latin Cogito, ergo sum, yang berarti "Aku berpikir, maka aku ada."

Tapi, apa sebenarnya yang dimaksud Descartes dengan kalimat ini?

Descartes mulai dari sikap skeptisisme radikal. Ia mempertanyakan segala sesuatu yang bisa diragukan. Ia bahkan meragukan realitas dunia fisik di sekitarnya, karena ia menyadari bahwa apa yang kita lihat atau rasakan bisa saja merupakan ilusi, seperti mimpi atau tipu daya. 

Namun, dalam keraguan yang mendalam itu, ia menemukan satu hal yang tak terbantahkan: ia tidak bisa meragukan bahwa ia sedang berpikir. Dan karena ia berpikir, maka ia pasti ada sebagai sesuatu yang berpikir, meskipun ia tidak bisa yakin akan hal lain.

Jadi, dari dasar yang sederhana ini – fakta bahwa kita berpikir – Descartes mulai membangun sistem pengetahuannya. 

Menurutnya, meskipun kita bisa meragukan segala sesuatu, kita tidak bisa meragukan eksistensi diri kita sendiri sebagai subjek yang berpikir.

Metode Descartes, Pendekatan Matematika dalam Filsafat

Cogito Ergo Sum
Cogito Ergo Sum

Selain konsep Cogito, Descartes juga mengembangkan metode filsafat yang mirip dengan metode matematika. Ia percaya bahwa pengetahuan harus dibangun dari kepastian yang tak tergoyahkan, seperti dalam geometri. Descartes mengusulkan untuk memulai dari hal-hal yang paling pasti (seperti "Aku berpikir, maka aku ada") dan kemudian menggunakan metode deduktif untuk menyimpulkan pengetahuan lain.

Pendekatan ini ia gunakan dalam karyanya yang terkenal, Meditations on First Philosophy. Di sana, ia merenungkan eksistensi Tuhan, hubungan antara pikiran dan tubuh, serta cara kita memperoleh pengetahuan tentang dunia luar.

Pikiran dan Tubuh: Dualisme Cartesian

Hidup tanpa berfilsafat sebenarnya sama dengan menutup mata tanpa berusaha membukanya.

Descartes

Salah satu kontribusi penting Descartes adalah gagasannya tentang dualisme, yaitu pemisahan antara pikiran (jiwa) dan tubuh (materi). Menurut Descartes, pikiran dan tubuh adalah dua substansi yang sangat berbeda. Pikiran bersifat non-materi, tidak terpengaruh oleh ruang dan waktu, sedangkan tubuh adalah entitas materi yang menempati ruang dan waktu.

Dualisme ini kemudian menjadi salah satu fondasi dalam perdebatan filosofis dan ilmiah selama berabad-abad setelahnya. Bagaimana pikiran yang non-materi bisa mempengaruhi tubuh yang materi? Pertanyaan ini menjadi salah satu masalah utama dalam filsafat pikiran.

Pengaruh Descartes

Untuk mencari kebenaran, sekali dalam hidup kita perlu untuk meragukan, sejauh mungkin, dari semua hal.

Descartes

Pemikiran Descartes memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan. Setelah Descartes, banyak filsuf yang terinspirasi oleh ide-idenya, baik untuk mendukung maupun menentang pandangannya.

Benedictus de Spinoza (1632–1677): Spinoza, yang hidup di generasi setelah Descartes, mengembangkan pandangan yang sangat berbeda. Ia menolak dualisme Descartes dan percaya bahwa Tuhan, alam, dan pikiran adalah satu kesatuan, atau yang dikenal sebagai panteisme.

Gottfried Wilhelm Leibniz (1646–1716): Leibniz setuju dengan Descartes dalam banyak hal, terutama dalam keyakinannya bahwa dunia dapat dijelaskan secara rasional. Namun, Leibniz menawarkan gagasan tentang "monad", unit dasar realitas yang tak terbagi, yang berbeda dari dualisme Descartes.

John Locke (1632–1704): Locke, salah satu pendiri empirisme, menentang pandangan Descartes bahwa akal adalah sumber utama pengetahuan. Locke berpendapat bahwa pengetahuan datang dari pengalaman inderawi, bukan hanya dari akal.

Immanuel Kant (1724–1804): Kant adalah salah satu pemikir besar yang terpengaruh oleh Descartes, tetapi ia mencoba mendamaikan rasionalisme Descartes dengan empirisme Locke. Menurut Kant, meskipun pengetahuan berasal dari pengalaman, akal memberikan kerangka kerja yang memungkinkan kita memahami pengalaman tersebut.

Dari Perancis untuk Dunia

Perancis, negeri tempat para pemikir.

Perancis adalah salah satu penyumbang filsuf hebat di dunia dan salah satu dari mereka, Descartes, telah meninggalkan warisan besar dalam filsafat, terutama dengan pemikirannya tentang rasionalisme, dualisme pikiran-tubuh, dan metode skeptisisme yang radikal. 

Dengan pernyataannya "Aku berpikir, maka aku ada", Descartes membuka jalan bagi filsafat modern yang mengutamakan akal dan metode ilmiah. Pengaruhnya dirasakan oleh banyak filsuf besar setelahnya, baik yang mendukung maupun yang menentang pandangan-pandangan Descartes.

Mempelajari Descartes adalah memahami dasar-dasar pemikiran modern, dan ia mengajarkan kepada kita bahwa pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang eksistensi, realitas, dan pengetahuan adalah bagian penting dari upaya manusia untuk memahami dirinya sendiri dan dunia di sekitarnya.

-----

Hebat, kamu sudah berhasil lebih dekat dengan Rene Descartes. Tertarik dengan filsafat lebih lanjut, ketahui inti pemikiran para pemikir lainnya, seperti: 

Memahami Feuerbach

Mengenal Che Guevara

Apa Saja Inti Pemikiran Nietzche?

Pengertian Komunisme

Pahami Hegel dengan Cara yang Paling Mudah

Mimpi Marx yang Tak Laku

Proletar dan Marhaen, Apa Bedanya?

Adi
Adi Saya adalah seorang bloger yang sudah mulai mengelola blog sejak 2010. Sebagai seorang rider, saya tertarik dengan dunia otomotif, selain juga keuangan, investasi dan start-up. Selain itu saya juga pernah menulis untuk media, khususnya topik lifestyle, esai lepas, current issue dan lainnya. Blog ini terbuka untuk content placement, sewa banner atau kerja sama lain yang saling menguntungkan.

Posting Komentar untuk " René Descartes, Sang Bapak Filsafat Modern dan Inti Pemikirannya"