Memahami Pemikiran George Berkeley
Halo, para calon filsuf masa depan! Hari ini kita akan berkenalan dengan seorang filsuf yang sangat spesial, unik, dan sedikit "di luar kebiasaan"—George Berkeley.
Kalau mendengar namanya, jangan bayangkan kampus Berkeley di California ya, karena beda cerita! George Berkeley adalah seorang filsuf Irlandia yang hidup pada abad ke-18. Filsafatnya sering dijuluki immaterialism atau idealism, tapi tenang, bukan jenis "idealisme" ala anak muda yang selalu punya harapan tinggi, ini lebih ke soal bagaimana kita memahami dunia melalui pikiran.
Siapa George Berkeley?
Lahir pada tahun 1685 di Irlandia, Berkeley hidup di masa ketika dunia Eropa penuh dengan perubahan, baik dari segi politik, agama, maupun ilmu pengetahuan. Setelah Descartes bilang "Cogito, ergo sum" (aku berpikir, maka aku ada), orang-orang mulai sibuk mengajukan pertanyaan: "Bagaimana kita tahu sesuatu itu nyata?", "Apa dunia ini benar-benar ada atau cuma ada dalam kepala kita?", dan seterusnya. Nah, Berkeley adalah orang yang ikut nimbrung dalam diskusi ini, tapi dia datang dengan gagasan yang lumayan berani dan agak menantang: semua yang ada, ada hanya karena kita melihatnya atau memikirkannya.
Konteks Sosial dan Politik
Masa hidup Berkeley, abad ke-17 sampai awal abad ke-18, adalah periode yang penuh dengan kebangkitan ilmu pengetahuan dan revolusi pemikiran. Di Eropa, kita melihat berbagai aliran baru muncul dalam filsafat dan sains. Newton baru saja menemukan hukum gravitasi, para ilmuwan sibuk menciptakan teleskop dan mikroskop, dan filsuf seperti John Locke serta Descartes sibuk dengan gagasan tentang persepsi manusia dan realitas.
Revolusi ilmiah membuat orang semakin yakin bahwa dunia ini bisa dijelaskan dengan aturan-aturan mekanis dan materi—bahwa semuanya terbuat dari "sesuatu" yang konkrit.
Namun, Berkeley berpikir bahwa ada yang terlewat di sini. Ia merasa bahwa para pemikir materialis, yang percaya dunia terdiri dari benda-benda fisik, tidak menjelaskan hal paling mendasar: Bagaimana kita bisa tahu benda-benda itu ada kalau kita tidak melihatnya atau merasakannya?
Inti Pemikiran George Berkeley: Esse est percipi
persepsi dan realita |
Mari masuk ke gagasan inti Berkeley yang terkenal: Esse est percipi yang berarti "Ada itu karena dipersepsi". Gampangnya, kalau kamu bisa melihat, mendengar, merasakan, atau berpikir tentang sesuatu, maka sesuatu itu ada.
Tapi kalau tidak ada yang mempersepsinya, sesuatu itu tidak ada. Ini bukan sulap, bukan trik. Berkeley benar-benar percaya bahwa semua objek di dunia ini hanya ada sejauh kita merasakannya. Contoh gampangnya, kalau kamu ada di kamar sendirian dan ada kursi di depanmu, kursi itu ada karena kamu melihatnya.
Tapi kalau kamu keluar kamar, apakah kursi itu masih ada? Menurut Berkeley, kursi itu hanya ada jika ada yang mempersepsinya.
Jadi, kalau kamu tanya, "Kalau aku tidak melihatnya, kursi itu kemana?" Berkeley akan bilang: “Tenang, Tuhan yang melihatnya, jadi kursi itu tetap ada!" Ini adalah solusi Berkeley untuk memastikan dunia tidak hilang begitu saja setiap kali kita berpaling. Tuhan, dalam pandangan Berkeley, adalah Sang Pengamat Utama yang selalu mempersepsi semua hal di alam semesta.
Sebuah Filosofi Anti-Materi?
Mungkin sekarang kamu mikir, "Lho, jadi dunia ini semua cuma khayalan? Nggak ada yang beneran nyata?" Eits, tunggu dulu! Berkeley tidak bilang dunia ini nggak nyata, tapi dia ingin mengatakan bahwa dunia ini tergantung pada persepsi kita. Bagi Berkeley, benda-benda fisik (misalnya meja, pohon, atau bola) tidak memiliki "keberadaan independen" di luar pikiran kita. Segala sesuatu hanya ada sebagai pengalaman dalam kesadaran kita.
Nah, di sini letak bedanya Berkeley dengan filsuf sebelumnya seperti Descartes atau John Locke. Descartes percaya ada pemisahan antara pikiran dan benda fisik (dualisme), sementara Locke berpikir benda-benda fisik memang ada dan kita hanya bisa tahu sifat-sifat tertentu dari benda tersebut melalui pengalaman kita (empirisme). Berkeley melangkah lebih jauh dengan mengatakan, "Benda fisik? Apa itu? Yang penting adalah pengalaman persepsi kita tentang benda itu!"
Inspirasi dan Kritik Terhadap Pemikir Sebelumnya
Berkeley terinspirasi oleh John Locke, terutama gagasannya tentang persepsi dan pengetahuan. Locke percaya bahwa pikiran kita menerima "ide" dari dunia luar, tetapi dunia luar itu tetap ada secara independen dari kita. Nah, Berkeley tidak setuju dengan bagian "dunia luar tetap ada secara independen."
Bagi Berkeley, ide-ide yang kita terima sudah cukup untuk menjelaskan dunia. Tidak perlu benda fisik yang "nyata" di luar persepsi kita. Semua yang ada adalah kumpulan ide dalam pikiran kita. Kalau menurut Locke kita belajar dari pengalaman indra, menurut Berkeley kita hanya belajar dari persepsi mental.
Berkeley juga mengkritik materialisme yang banyak dianut oleh ilmuwan dan filsuf sezamannya. Baginya, gagasan bahwa ada materi fisik di luar pikiran kita adalah tidak logis dan tidak bisa dibuktikan. Bagi Berkeley, hanya ide-ide dalam pikiranlah yang nyata.
Pengaruh Berkeley Terhadap Pemikir Setelahnya
Meskipun gagasan Berkeley awalnya terdengar aneh dan tidak populer, filsafatnya ternyata punya pengaruh besar. Salah satu yang paling terkena dampaknya adalah David Hume, filsuf Skotlandia yang juga skeptis terhadap konsep-konsep besar tentang "realitas" dan "kebenaran". Hume mengembangkan filsafat empiris yang radikal, memperluas ide bahwa kita tidak bisa yakin akan apa pun di luar pengalaman langsung kita.
Selain itu, Berkeley juga dianggap sebagai pelopor dalam filsafat fenomenologi—filsafat yang mengutamakan pengalaman subjektif sebagai pusat dari realitas. Pemikiran Berkeley tentang persepsi dan pengalaman juga berdampak pada gagasan filsafat pikiran modern, di mana banyak debat tentang apakah dunia yang kita alami adalah "nyata" atau sekadar hasil dari proses mental kita.
Jadi, Apakah Dunia Ini Cuma Ada di Pikiran Kita?
Setelah memahami pemikiran Berkeley, kamu mungkin mulai berpikir, "Apakah meja di depanku ini benar-benar ada, atau hanya ada di pikiranku?" Nah, Berkeley tidak mengatakan kamu harus mencurigai keberadaan setiap benda di sekitar kamu. Dia hanya ingin kamu sadar bahwa yang benar-benar penting dalam hidup kita adalah bagaimana kita mempersepsinya, bukan apa benda itu "di luar sana".
Kalau kamu masih bingung, mungkin bisa dibayangkan seperti menonton film 3D. Kita tahu bahwa gambar-gambar di layar tidak benar-benar ada di luar, tapi mereka tetap terasa "nyata" bagi kita selama kita mempersepsinya. Itulah ide besar Berkeley: realitas adalah persepsi!
Berkeley dan Impiannya
Jadi, teman-teman, George Berkeley mungkin terdengar aneh dengan gagasannya bahwa dunia ini ada karena kita mempersepsinya, tapi sebenarnya pemikiran ini sangat mempengaruhi cara kita berpikir tentang persepsi, realitas, dan bahkan peran Tuhan dalam mengamati alam semesta. Meskipun tidak semua orang setuju dengan Berkeley, kontribusinya dalam memperdebatkan batas antara pikiran dan dunia fisik tetap relevan sampai sekarang.
Ingat, untuk Berkeley, tidak ada yang benar-benar ada di luar persepsi kita. Dunia ini adalah apa yang kita lihat, rasakan, dan pikirkan. Dan kalau kamu masih penasaran apakah kursi di kamarmu masih ada saat kamu meninggalkannya, tenang saja. Menurut Berkeley, Tuhan yang menjaga kursimu tetap ada!
-----
Benar, Berkeley memang salah satu pemikir yang underrated, meski pemikirannya bisa dikatakan brilian. Lalu, siapa saja pemikir yang belum populer bagimu? Apakah salah satu dari nama-nama di bawah ini?
Nietzche dan Pemikirannya yang Radikal
Stalin, Stalinisme dan Tangan Besi Komunisme
Jejak-jejak Filsafat David Hume
Mencari Intisari Pemikiran Kant
Posting Komentar untuk "Memahami Pemikiran George Berkeley"
Pembaca yang baik adalah yang menulis komentar sebelum pergi. Komentar Anda akan muncul setelah kami review. Dilarang menuliskan link hidup apapun.