Kenapa Rusia Tidak Menjajah Afrika?
Mungkin ada satu pertanyaan besar ketika kita mempelajari sejarah kelam kolonialisasi Afrika, yakni mengapa Rusia tidak menjajah satupun negara di Afrika?
Pertanyaan ini memang cukup normal muncul di benak kita mengingat sebagai sebuah negara yang kuat secara militer dan politik, Rusia seharusnya mampu mendapatkan jajahan di Afrika, bahkan mungkin bisa mengungguli Prancis atau Inggris.
Beberapa Kesalahan Penting tentang Kolonialisasi Afrika
Sebelum sampai ke pembahasan utama, maka harus kita ingat bahwa orang-orang Eropa melakukan kolonialisasi dengan tujuan kejam dan jahat, yakni merampas sumber daya alam dan manusia, bukan untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat Afrika. Meski untuk alasan yang terakhir, para pendukung teori kolonialisasi positif bisa memberikan sederetan fakta tentang rumah sakit, sekolah dan biara yang dibangun oleh Eropa tetapi itu hanyalah efek sampingan saja dari satu tujuan utama, yaitu menjajah.
Kesalahan penting lainnya, kali ini terkait Rusia, adalah negara itu juga dikenal punya sejarah yang panjang tentang penjajahan. Kekaisaran Rusia, hingga rejim Uni Soviet, dikenal terlibat dalam berbagai perang untuk merampas wilayah bangsa lain.
Jadi, fakta bahwa tidak ada negara Afrika yang secara langsung dijajah Rusia, bukanlah karena negara itu punya simpati terhadap bangsa-bangsa Afrika.
Daftar Negara Afrika yang Dijajah Bangsa-Bangsa Eropa
Sekarang kita akan menuju pada sebuah daftar dimana kita akan menghitung bagaimana negara-negara Eropa seperti masuk dalam perlombaan untuk mendapatkan banyak tanah jajahan di Afrika.
Scramble For Africa
Kolonisasi negara-negara di Afrika oleh Eropa merupakan bagian dari sejarah penting yang terjadi terutama pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Periode ini dikenal sebagai "Scramble for Africa" atau Perebutan Afrika. Berikut adalah beberapa fakta mengenai kolonisasi Afrika dan daftar jajahan mereka:
- Perebutan Afrika: Berlangsung dari sekitar tahun 1881 hingga Perang Dunia I (1914), di mana negara-negara Eropa berlomba untuk menguasai wilayah-wilayah di Afrika.
- Konferensi Berlin (1884-1885): Konferensi ini diadakan untuk mengatur kolonisasi dan perdagangan di Afrika. Negara-negara Eropa membagi benua Afrika tanpa memperhatikan batas etnis atau budaya lokal.
- Motivasi Kolonisasi: Negara-negara Eropa tertarik pada Afrika karena kekayaan sumber daya alam, termasuk emas, berlian, karet, dan berbagai mineral lainnya. Selain itu, ada juga motivasi politik dan strategi, serta alasan penyebaran agama dan "peradaban".
Daftar Penjajah Eropa dan Jajahan Mereka di Afrika
Britania Raya (Inggris)
- Mesir: Di bawah protektorat dari 1882.
- Sudan: Bersama Mesir sebagai kondominium Anglo-Mesir.
- Nigeria: Jajahan dari 1901.
- Ghana (dahulu Pantai Emas): Jajahan dari 1821.
- Kenya: Protektorat dari 1895, jajahan dari 1920.
- Uganda: Protektorat dari 1894.
- Afrika Selatan: Koloni dari 1806 (sebelumnya milik Belanda).
- Zambia (dahulu Rhodesia Utara): Protektorat dari 1911.
- Zimbabwe (dahulu Rhodesia Selatan): Koloni dari 1923.
- Tanzania (dahulu Tanganyika): Mandat dari 1919, setelah Perang Dunia I.
- Sierra Leone: Koloni dari 1808.
- Botswana (dahulu Bechuanaland): Protektorat dari 1885.
Prancis
- Aljazair: Koloni dari 1830.
- Maroko: Protektorat dari 1912.
- Tunisia: Protektorat dari 1881.
- Senegal: Bagian dari koloni Afrika Barat Prancis.
- Mali: Bagian dari koloni Afrika Barat Prancis.
- Niger: Bagian dari koloni Afrika Barat Prancis.
- Chad: Bagian dari koloni Afrika Tengah Prancis.
- Pantai Gading: Bagian dari koloni Afrika Barat Prancis.
- Madagaskar: Koloni dari 1896.
- Djibouti (dahulu Somaliland Prancis): Protektorat dari 1896.
- Guinea: Bagian dari koloni Afrika Barat Prancis.
- Burkina Faso (dahulu Upper Volta): Bagian dari koloni Afrika Barat Prancis.
- Benin (dahulu Dahomey): Bagian dari koloni Afrika Barat Prancis.
- Kamerun: Mandat dari 1922, sebelumnya milik Jerman.
Belgia
Kongo Belgia (sekarang Republik Demokratik Kongo): Koloni dari 1908, sebelumnya wilayah pribadi Raja Leopold II dari Belgia sejak 1885.
Jerman
- Namibia (dahulu Afrika Barat Daya Jerman): Koloni dari 1884 hingga 1915.
- Tanzania (dahulu Tanganyika): Koloni dari 1885 hingga 1919.
- Kamerun: Koloni dari 1884 hingga 1916.
- Togo: Koloni dari 1884 hingga 1916.
Italia
- Libya: Koloni dari 1911.
- Eritrea: Koloni dari 1890.
- Somalia (dahulu Somaliland Italia): Koloni dari 1889.
- Etiopia: Dijajah sebentar dari 1936 hingga 1941.
Portugal
- Angola: Koloni dari 1575 hingga 1975.
- Mozambik: Koloni dari 1498 hingga 1975.
- Guinea-Bissau: Koloni dari 1879 hingga 1973.
- Sao Tome dan Principe: Koloni dari 1470 hingga 1975.
- Cape Verde: Koloni dari 1462 hingga 1975.
Spanyol
- Sahara Barat: Protektorat dari 1884 hingga 1975.
- Guinea Khatulistiwa: Koloni dari 1778 hingga 1968.
- Maroko Spanyol: Protektorat dari 1912 hingga 1956.
Belanda
Mungkin ada yang bertanya, lalu bagaimana dengan Belanda? Negeri ini unik, karena meski tidak terlalu lama menjajah Afrika, tetapi nyatanya mereka juga pernah punya koloni di sana walau akhirnya merdeka atau direbut negara Eropa lainnya.
1. Afrika SelatanTanjung Harapan (Cape Colony): Koloni ini didirikan oleh Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) pada tahun 1652. Koloni ini berkembang menjadi pemukiman besar yang melibatkan banyak imigran Belanda (dikenal sebagai Afrikaner atau Boer). Pemerintahan Belanda di Cape Colony berakhir pada 1806 ketika Inggris mengambil alih kendali setelah Perang Napoleon. Di wilayah ini pula, sempat berdiri negara-negara Belanda Afrika yang kemudian tamat setelah berakhirnya Perang Boer.2. GhanaElmina: Benteng Elmina di Ghana modern didirikan oleh Portugis pada 1482 tetapi diambil alih oleh Belanda pada 1637. Belanda menguasai wilayah ini sampai 1872, ketika mereka menyerahkan kendali kepada Inggris. Belanda mendirikan banyak benteng dan pos perdagangan di sepanjang Pantai Emas (sekarang Ghana).3. AngolaLuanda: Pada pertengahan abad ke-17, Belanda sempat menguasai Luanda (wilayah yang sekarang menjadi bagian dari Angola) dari tahun 1641 hingga 1648 selama Perang Luso-Belanda.
4. MozambikPulau Mozambique dan Beberapa Pos Lainnya: Belanda menguasai beberapa pos perdagangan di Mozambik pada pertengahan abad ke-17, tetapi kendali ini bersifat sementara karena Portugal berhasil merebut kembali wilayah tersebut.
Dampak Kolonisasi Afrika
Kolonisasi Afrika oleh negara-negara Eropa membawa dampak yang luas, baik positif maupun negatif. Dari sisi negatif, kolonisasi sering disertai dengan eksploitasi sumber daya, pemaksaan kerja, dan perlakuan tidak adil terhadap penduduk asli. Perbatasan yang ditarik tanpa memperhatikan etnis dan budaya lokal juga menyebabkan konflik yang masih terasa hingga kini. Dari sisi positif, beberapa wilayah mengalami pembangunan infrastruktur seperti jalan, rel kereta api, dan sekolah, meskipun ini sering kali didasarkan pada kebutuhan penjajah.
Kolonisasi Afrika adalah babak sejarah yang kompleks dan kontroversial, dengan dampak yang masih dirasakan hingga hari ini.
Jadi, Kenapa Rusia Tidak Menjajah Afrika?
Lantas, kenapa Rusia tidak menjajah Afrika, mengikuti jejak saudara-saudara Eropa mereka? Jawabannya cukup kompleks.
Rusia tidak menjajah Afrika karena beberapa alasan yang terkait dengan prioritas geopolitik, geografis, dan ekonominya pada masa itu. Berikut adalah beberapa alasan utama mengapa Rusia tidak berpartisipasi dalam kolonisasi Afrika:
1. Fokus Geopolitik di Wilayah Lain
Rusia memiliki fokus ekspansionis yang berbeda dibandingkan dengan negara-negara Eropa Barat. Ambisi imperial Rusia lebih diarahkan ke arah timur dan selatan. Ekspansi Rusia terutama terfokus pada:
- Siberia: Rusia mulai memperluas wilayahnya ke Siberia sejak abad ke-16 dan terus berlanjut ke arah Timur hingga mencapai Pasifik.
- Kaukasus dan Asia Tengah: Rusia berusaha untuk menguasai wilayah Kaukasus dan Asia Tengah (seperti Kazakhstan, Uzbekistan, Turkmenistan) sepanjang abad ke-18 dan ke-19.
- Eropa Timur dan Balkan: Rusia juga memiliki minat yang signifikan di wilayah Balkan dan Eropa Timur, sering berkonflik dengan Kekaisaran Ottoman dan kekuatan Eropa lainnya.
2. Letak Geografis dan Akses yang Terbatas
Akses sulit Rusia menuju Afrika |
Rusia tidak memiliki akses langsung yang mudah ke Afrika. Sebagian besar kolonisasi Afrika oleh negara-negara Eropa dilakukan oleh negara-negara yang memiliki armada laut yang kuat dan akses langsung ke laut yang memudahkan perjalanan dan penguasaan wilayah-wilayah di Afrika. Rusia, di sisi lain, memiliki keterbatasan akses ke lautan terbuka yang memadai untuk ekspedisi semacam itu.
Melalui selatan, jika ingin ke Afrika, maka mereka harus melewati wilayah laut Turki lalu Italia. Belum lagi di sana, Portugal dan Spanyol, termasuk juga Inggris sudah lama punya basis militer.
Melalui utara, mereka akan kesulitan karen harus berhadapan dengan Denmark atau Swedia, sebelum akhirnya melewati wilayah perairan Jerman, Belanda dan akhirnya Inggris.
3. Kapasitas dan Sumber Daya
Lukisan Napoelon |
4. Strategi Kolonial yang Berbeda
Sementara negara-negara seperti Inggris, Prancis, dan Belanda mengejar strategi kolonial berbasis maritim, Rusia memilih strategi ekspansi berbasis daratan. Hal ini terlihat dari bagaimana Rusia memperluas wilayahnya ke Asia dan Eropa Timur secara terus-menerus melalui penaklukan darat.
5. Kepentingan Ekonomi dan Sosial yang Berbeda
Minat ekonomi Rusia lebih terfokus pada pengembangan internal dan ekspansi di wilayah yang lebih dekat dengan pusat kekuasaan mereka. Rusia memiliki banyak lahan subur dan sumber daya alam di wilayah-wilayah yang diperolehnya di Asia dan Eropa Timur.
Cara Pandang yang Berbeda terhadap Afrika
Che Guevarra dari Kuba |
Tidak adanya keterlibatan Rusia dalam kolonisasi Afrika dapat dijelaskan oleh kombinasi faktor geografis, geopolitik, dan prioritas ekonomi yang berbeda dibandingkan dengan negara-negara kolonial Eropa lainnya. Rusia memilih untuk memperluas kekuasaannya di wilayah yang lebih dekat dan lebih mudah diakses, seperti Siberia, Asia Tengah, dan Eropa Timur, yang juga menawarkan banyak sumber daya alam dan keuntungan strategis.
Meski demikian, paska Perang Dunia 2, Rusia yang saat itu disebut Uni Soviet (USSR) menancapkan pengaruhnya dengan cukup kuat di benua hitam.
Pada 1975-1991, Kuba pernah mengirim pasukannya untuk membantu sekutu sosialisnya di Afrika dipimpin langsung oleh Che Guevarra. Mereka terlibat dalam perang di Angola melawan proksi Amerika Serikat.
Ada banyak negara Afrika yang kemudian berkiblat ke kiri dan secara langsung maupun tidak menjadi satelit-satelit bagi Moskow. Mereka tidak hanya berpedoman pada komunisme, namun juga mengikuti garis politik Kremlin.
Pada era Perang Dingin, dua kekuatan adidaya dunia, seperti di bagian belahan bumi lain, juga terlibat banyak konflik di negara-negara Afrika.
Cara pandang yang berbeda memang dimiliki para pemimpin Uni Soviet maupun raja-raja feodal Rusia sejak awal. Selain keyakinan, faktor eksternal seperti kekalutan dalam negeri juga menjadi pertimbangan tidak adanya agresi dari Moskow ke Afrika.
Al-Jazeera dalam sebuah tulisannya yang menarik oleh Oleksandr Polianichev memberikan ulasan panjang terkait upaya Rusia jaman kerajaan yang ternyata pernah tertarik pada Afrika.
Dalam artikel yang berjudul How Russia tried to colonise Africa and failed, Polianichev membeberkan 'bukti-bukti menarik' tentang upaya Kerajaan Rusia mengikuti jejak Prancis, Portugal dan Inggris dalam mengeksplorasi Afrika, meski sampai detik ini, hal itu tidak berkembang menjadi sebuah tindakan nyata alias penjajahan fisik.
Menguak Intervensi Rusia di Afrika
Putin dan para pemimpin Afrika |
Sejak 2022, Putin seperti sudah punya niat untuk mencari sekutu dari Afrika. Situs berita Brookings menulis dalam sebuah artikel berjudul The Future of Russian-Africa Relations tentang Russia-Africa Summit, dan tendensi Putin dan serangkaian kedekatan antara dua pihak saat Presiden Federasi Rusia itu bertemu para pemimpin Afrika.
Selanjutnya, pernyataan Sergey Lavrov tentang kolonialisme Afrika dan penjajahan oleh Eropa Barat menguak fakta-fakta yang selama ini kurang menarik perhatian publik.
Lavrov yang merupakan menteri luar negeri Rusia seperti mengejek Barat dan mengundang pihak-pihak di Afrika untuk bersatu berada di belakang Rusia.
Seperti diketahui, sentimen anti-Barat di Afrika menguat. Di saat yang sama, mereka berpotensi mendekat ke Kremlin.
Kunjungan Menteri Luar Negeri Rusia ke Kenya seperti memberikan sebuah kejutan bahwa Moskow siap mencari sekutu menghadapi aliansi AS di Afrika.
Seperti sudah dijelaskan di atas, sejatinya meski tidak pernah menjajah satupun negara Afrika secara langsung, Rusia sempat tertarik dengan sumber daya di benua hitam tersebut.
Republika menulis artikel pendek menarik tentang negara Afrika yang berubah haluan mendukung Rusia dan makin meninggalkan pengaruh Barat, khususnya Prancis.
Meski kita tidak tahu kesepakatan politik dan rencana rahasia di balik ini semua, jelas berita ini cukup mampu memberikan angin segar bagi Rusia, khususnya dalam menghadapi krisis Ukraina yang tidak kunjung selesai.
Masih menjadi misteri apa pertimbangan dan alasan Putin menyerang Ukraina sehingga membangkitkan tensi panas di Eropa, tetapi kini semakin tidak jelas kapan agresi Rusia akan berakhir.
Kembali ke masalah Afrika, Bung Karno ada benarnya mengenai pentingnya persatuan negara-negara korban imperialisme. Sayangnya, Konferensi Asia Afrika kurang memberikan pengaruh bagi itu semua. Afrika, meski punya Uni Afrika, juga terlalu sibuk berperang antar diri mereka sendiri. (Catatanadi.com)
Posting Komentar untuk "Kenapa Rusia Tidak Menjajah Afrika?"
Pembaca yang baik adalah yang menulis komentar sebelum pergi. Komentar Anda akan muncul setelah kami review. Dilarang menuliskan link hidup apapun.