Arianisme, Aliran Kristen yang tidak Percaya Ketuhanan Yesus
Mengenal Arianisme
Arianisme |
Ajaran ini merupakan salah satu dari banyak aliran yang berkembang selama masa-masa awal Kekristenan dan menimbulkan kontroversi yang signifikan dalam gereja.
Inti dari ajaran Arianisme adalah pemahaman yang berbeda tentang natur Kristus dibandingkan dengan Kekristenan arus utama, terutama terkait dengan konsep Trinitas.
Inti Ajaran Arianisme
Arianisme didirikan oleh Arius, seorang presbiter dari Aleksandria, Mesir. Inti ajaran Arianisme adalah bahwa Yesus Kristus, meskipun ilahi, bukanlah Allah yang sepenuhnya setara dengan Allah Bapa. Menurut Arius, Yesus adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah dan, oleh karena itu, memiliki permulaan. Ajaran ini merujuk pada ayat-ayat Alkitab seperti Yohanes 14:28 (Bapa lebih besar daripada Aku) untuk mendukung pandangannya.
Secara teologis, Arianisme menolak doktrin Trinitas yang menyatakan bahwa Allah Bapa, Allah Anak (Yesus Kristus), dan Allah Roh Kudus adalah tiga pribadi yang berbeda namun satu hakikat. Sebaliknya, Arianisme mengajarkan bahwa hanya Bapa yang sepenuhnya Allah, sementara Anak adalah ciptaan tertinggi dari Bapa, bukan sehakikat dengan-Nya. Arius berargumen bahwa jika Anak diciptakan, maka ada waktu ketika Anak tidak ada, yang bertentangan dengan doktrin bahwa Allah adalah kekal dan tidak berubah.
Perbedaan dengan Kekristenan Arus Utama
Perbedaan utama antara Arianisme dan Kekristenan arus utama terletak pada konsep Trinitas dan natur Kristus. Kekristenan arus utama, yang ditegaskan dalam Konsili Nicea tahun 325 M, menyatakan bahwa Anak adalah sehakikat (homoousios) dengan Bapa, artinya Anak tidak diciptakan dan tidak memiliki permulaan. Ajaran ini dikenal sebagai doktrin Trinitas dan menjadi landasan iman Kristen yang ortodoks.
Sebaliknya, Arianisme mengusulkan istilah "homoiousios," yang berarti Anak adalah "serupa" dengan Bapa tetapi tidak identik dalam hakikat. Ini menempatkan Anak pada posisi yang lebih rendah daripada Bapa dan menyiratkan ketidaksempurnaan dalam natur ilahinya.
Awal Mula dan Persebaran Arianisme
Ajaran Arianisme mulai tersebar luas setelah Arius mendapatkan dukungan dari beberapa uskup penting, termasuk Eusebius dari Nikomedia. Meskipun pada awalnya ditentang keras oleh Uskup Aleksandria, Aleksander, dan banyak teolog lainnya, ajaran ini mendapat pengikut yang cukup besar di Kekaisaran Romawi.
Kaisar Konstantinus I memanggil Konsili Nicea pada tahun 325 M untuk mengatasi kontroversi ini. Konsili ini mengutuk Arianisme dan menyusun Kredo Nicea yang menegaskan kesetaraan Anak dengan Bapa. Meskipun demikian, Arianisme tidak segera hilang dan bahkan mendapatkan dukungan dari beberapa kaisar Romawi setelah Konstantinus, seperti Constantius II.
Arianisme juga menyebar ke wilayah di luar Kekaisaran Romawi, terutama di kalangan suku-suku Jermanik seperti Goth, Vandal, dan Lombard. Banyak dari suku-suku ini memeluk Kekristenan melalui penginjil-penginjil Arian seperti Ulfilas, yang menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Goth dan memainkan peran penting dalam penyebaran Arianisme di antara suku-suku Jermanik.
Era Kemunduran dan Lenyapnya Arianisme
Meskipun sempat mendominasi di beberapa wilayah, Arianisme mulai mengalami kemunduran pada akhir abad ke-4 dan awal abad ke-5. Salah satu faktor utama kemunduran ini adalah kebijakan Kaisar Theodosius I, yang menetapkan Kekristenan Nicea sebagai agama resmi Kekaisaran Romawi dan mengambil tindakan tegas terhadap kelompok-kelompok Arian.
Di Barat, kekuasaan Arianisme melemah setelah kekalahan suku-suku Jermanik oleh pasukan Romawi dan Kristen Katolik. Misalnya, kekalahan Vandal oleh Bizantium di Afrika Utara dan kekalahan Goth di Italia turut berkontribusi pada lenyapnya pengaruh Arianisme di wilayah tersebut.
Dasar Teologi dan Dogma Arianisme
Arianisme berakar pada interpretasi tertentu dari Alkitab. Selain Yohanes 14:28, Arianisme sering mengutip Amsal 8:22-31, di mana Kebijaksanaan dipersonifikasikan dan dikatakan diciptakan oleh Tuhan. Arian menafsirkan Kebijaksanaan ini sebagai Kristus dan menggunakan teks ini untuk mendukung pandangan bahwa Kristus adalah ciptaan Tuhan.
Dogma utama Arianisme meliputi:
- Keunikan Allah Bapa: Hanya Allah Bapa yang tidak diciptakan dan kekal.
- Yesus sebagai Makhluk yang Diciptakan: Yesus Kristus adalah makhluk tertinggi yang diciptakan oleh Allah, yang tidak ada sebelum diciptakan.
- Penolakan Trinitas Klasik: Tidak menerima bahwa Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah satu hakikat dan setara.
Tokoh-Tokoh Terkenal Arianisme
- Arius: Pendiri Arianisme, seorang presbiter dari Aleksandria yang menulis beberapa traktat teologis dan himne yang menggambarkan ajarannya. Ajarannya mendapatkan dukungan dan juga menghasilkan banyak kontroversi.
- Eusebius dari Nikomedia: Seorang uskup yang mendukung Arius dan memainkan peran penting dalam menyebarkan ajaran Arianisme di kalangan kekaisaran.
- Ulfilas: Penginjil dan penerjemah Alkitab yang berhasil mengonversi banyak suku Goth ke dalam ajaran Arianisme. Karyanya sangat penting dalam penyebaran ajaran ini di kalangan suku-suku Jermanik.
Arianisme dan Penyimpangan Terhadap Ajaran Kristen
Kristen Arian atau arianisme adalah salah satu sekte dalam Kekristenan yang muncul pada awal abad ke-4 dan memainkan peran penting dalam sejarah gereja. Ajarannya yang berbeda tentang natur Kristus dan Trinitas memicu kontroversi teologis yang signifikan dan mempengaruhi kebijakan kekaisaran.
Meskipun pada akhirnya ajaran ini dikalahkan oleh Kekristenan arus utama dan ditinggalkan, pengaruhnya tetap terlihat dalam sejarah teologi dan perkembangan doktrin Kristen.
Arianisme menunjukkan bagaimana perbedaan interpretasi teologis dapat menghasilkan aliran-aliran yang berbeda dalam iman Kristen, dan bagaimana pertentangan teologis dapat mempengaruhi jalannya sejarah.
Konflik Fisik antara Penganut Arianisme dan Pendukung Gereja Arus Utama
Arianisme tidak hanya menimbulkan konflik teologis tetapi juga memicu bentrokan fisik dan politik yang cukup signifikan antara para penganutnya dan pendukung Gereja arus utama. Konflik ini berlangsung selama beberapa abad dan melibatkan beberapa peristiwa penting dalam sejarah Kekristenan dan Kekaisaran Romawi.
Rentetan Konflik Antara Gereja Pro-Trinitarian Vs Pendukung Arianisme
Konsili Nicea (325 M)
- Latar Belakang: Konsili ini dipanggil oleh Kaisar Konstantinus I untuk menyelesaikan perdebatan tentang ajaran Arianisme.
- Hasil: Konsili mengutuk Arianisme dan mengadopsi Kredo Nicea yang menyatakan bahwa Anak adalah "sehakikat" (homoousios) dengan Bapa.
- Konflik: Setelah konsili, Arius dan pengikutnya diasingkan, namun ketegangan dan konflik tetap berlanjut, terutama di kalangan uskup dan teolog.
Krisis Arian di Timur (340-350 M)
- Latar Belakang: Konstantius II, seorang kaisar yang mendukung Arianisme, berkuasa di Kekaisaran Timur.
- Konflik: Banyak uskup Nicea, seperti Athanasius dari Aleksandria, diasingkan atau digantikan oleh uskup Arian. Pertikaian terjadi antara pendukung dan penentang Arianisme, termasuk bentrokan fisik di berbagai kota.
- Sumber: Athanasius menulis tentang penderitaannya dalam eksil dan perlawanannya terhadap kebijakan Arian.
Konsili Rimini dan Seleukia (359 M)
- Latar Belakang: Konsili kembar ini diadakan untuk mencoba menyatukan pandangan tentang Arianisme.
- Hasil: Kedua konsili gagal mencapai konsensus, dan kontroversi Arian terus berlanjut.
- Konflik: Berbagai kelompok yang hadir di konsili terlibat dalam konflik fisik dan verbal, mencerminkan ketegangan yang meluas.
Konflik di Aleksandria (360-an M)
- Latar Belakang: Athanasius kembali dari pengasingan dan berusaha memulihkan posisi Nicea di Aleksandria.
- Konflik: Terjadi bentrokan antara pendukung Athanasius dan uskup Arian yang menduduki takhta Aleksandria. Banyak gereja dirusak dan terjadi kekerasan antara kedua kelompok.
Masa Kekuasaan Theodosius I (379-395 M)
- Latar Belakang: Kaisar Theodosius I mendukung doktrin Nicea dan mengambil tindakan tegas terhadap Arianisme.
- Konflik: Pada tahun 380, Theodosius mengeluarkan Edict of Thessalonica, yang menjadikan Kekristenan Nicea sebagai agama resmi Kekaisaran Romawi. Dia kemudian melancarkan kampanye untuk menekan Arianisme.
- Sumber: Sozomen dan Socrates Scholasticus menulis tentang dekrit-dekrit yang melarang ajaran Arian dan mengusir para pemimpin Arian dari gereja-gereja.
Bentrokan di Milan (385-386 M)
- Latar Belakang: Uskup Ambrosius dari Milan, pendukung kuat Nicea, berkonflik dengan kekaisaran Barat yang mendukung Arianisme.
- Konflik: Terjadi beberapa bentrokan fisik di Milan ketika pengikut Arian berusaha mengambil alih gereja-gereja. Ambrosius dan para pendukungnya mempertahankan gereja dari serangan Arian.
- Sumber: Ambrosius menulis surat-surat yang menggambarkan perlawanan dan bentrokan dengan pasukan kekaisaran yang pro-Arian.
Pengaruh dan Akhir Konflik
- Arianisme secara bertahap kehilangan dukungan resmi setelah kematian Kaisar Theodosius I. Pada abad ke-5 dan ke-6, Arianisme mulai merosot, terutama setelah suku-suku Jermanik seperti Visigoth dan Vandal yang telah mengadopsi Arianisme dikalahkan atau dikonversi kembali ke Nicea.
- Kekalahan Vandal (533 M): Vandal, yang berpegang teguh pada Arianisme, dikalahkan oleh Bizantium di Afrika Utara, mengakhiri dominasi Arian di wilayah tersebut.
- Konversi Visigoth (589 M): Visigoth di Spanyol beralih ke Kekristenan Nicea pada Konsili Toledo III.
Sumber Sejarah mengenai Konflik Trinitarian Vs Arianisme
Beberapa sumber sejarah memberikan wawasan tentang konflik ini:
- Athanasius dari Aleksandria: Tulisan-tulisan dan surat-suratnya, seperti "Apologia contra Arianos" dan "Historia Arianorum," memberikan pandangan langsung tentang perjuangannya melawan Arianisme.
- Sozomen dan Socrates Scholasticus: Kedua sejarawan gereja ini menulis "Historia Ecclesiastica" yang mencatat peristiwa-peristiwa penting dalam kontroversi Arian dan kebijakan kekaisaran.
- Ambrosius dari Milan: Surat-surat dan tulisannya menggambarkan konflik dengan kekaisaran pro-Arian di Milan.
Gereja Vs Arianisme
Konflik antara penganut Arianisme dan pendukung Gereja Katolik yang saat itu merupakan kelompok Kristen arus utama tidak hanya bersifat teologis tetapi juga sering kali melibatkan bentrokan fisik yang cukup keras.
Konflik ini mencerminkan ketegangan yang mendalam dalam Kekaisaran Romawi dan menunjukkan bagaimana perbedaan teologis dapat mempengaruhi dinamika politik dan sosial secara luas.
Bentrokan ini akhirnya berkontribusi pada penurunan pamor Arianisme dan pemantapan doktrin Nicea sebagai ajaran utama dalam Kekristenan.
Bangsa atau Suku Bangsa Penganut Arianisme
simbol arianisme |
Beberapa suku bangsa utama yang menganut Arianisme termasuk Goth, Vandal, Suebi, dan Lombard. Berikut adalah detail mengenai masing-masing suku bangsa dan faktor-faktor yang menyebabkan mereka memilih Arianisme.
1. Goth (Visigoth dan Ostrogoth)
Visigoth adalah salah satu kelompok yang pertama kali memeluk Arianisme. Mereka menganut ajaran ini sekitar akhir abad ke-4. Ulfilas, seorang misionaris Goth yang juga seorang Arian, memainkan peran penting dalam penyebaran Arianisme di kalangan Visigoth. Ulfilas menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Goth, yang sangat membantu dalam penyebaran ajaran Arianisme.
Ostrogoth mengikuti jejak Visigoth dalam menganut Arianisme. Mereka menjadi penganut Arianisme sekitar awal abad ke-5. Ketika Ostrogoth mendirikan kerajaan di Italia di bawah pemerintahan Theodoric yang Agung, Arianisme menjadi agama dominan di kerajaannya.
2. Vandal
Vandal, sebuah suku Jermanik yang bermigrasi ke Afrika Utara, menjadi penganut Arianisme sekitar awal abad ke-5. Setelah menaklukkan daerah ini, mereka mendirikan kerajaan yang berpusat di Carthage.
Faktor utama yang mendorong mereka menganut Arianisme adalah pengaruh para misionaris Arian dan hubungan mereka dengan suku-suku Jermanik lainnya yang telah lebih dulu memeluk Arianisme. Arianisme juga mungkin tampak lebih menarik karena menawarkan identitas keagamaan yang berbeda dari Kekristenan Nicea yang dianut oleh Kekaisaran Romawi, yang mereka lawan.
3. Suebi
Suebi, yang bermigrasi ke wilayah yang sekarang dikenal sebagai Portugal dan Galicia (Spanyol), juga menjadi penganut Arianisme. Mereka memeluk Arianisme sekitar pertengahan abad ke-5.
Pengaruh Visigoth yang telah menetap di semenanjung Iberia serta penyebaran pengajaran Arianisme melalui misionaris berperan penting dalam konversi Suebi.
4. Lombard
Lombard, suku Jermanik lainnya, menjadi penganut Arianisme sekitar abad ke-6 setelah mereka bermigrasi ke Italia utara.
Konversi Lombard ke Arianisme kemungkinan besar dipengaruhi oleh kontak mereka dengan suku-suku Jermanik lainnya yang telah memeluk ajaran ini, seperti Goth dan Vandal. Arianisme memberi mereka identitas keagamaan yang membedakan mereka dari penduduk setempat yang umumnya menganut Kekristenan Nicea.
Kehidupan Kekristenan ala Arianisme di Suku-Suku Tersebut
Kehidupan Kekristenan ala Arianisme di kalangan suku-suku Jermanik ini memiliki beberapa ciri khas yang menarik untuk diketahui.
Struktur Gereja dan Ibadah
- Gereja-Gereja Arian: Suku-suku ini membangun gereja-gereja mereka sendiri dan menunjuk uskup-uskup Arian. Struktur gereja mereka mirip dengan gereja arus utama, tetapi dengan fokus teologi yang berbeda.
- Liturgi dan Ibadah: Liturgi dan ibadah di gereja-gereja Arian tidak terlalu berbeda dengan gereja ortodoks, tetapi ajaran yang disampaikan dalam khotbah dan pelajaran lebih menekankan pemahaman Arian tentang Kristus sebagai ciptaan yang tertinggi tetapi bukan Allah yang sehakikat dengan Bapa.
Perlakuan Terhadap Penduduk Non-Arian
- Diskriminasi: Di beberapa wilayah, seperti di kerajaan Vandal di Afrika Utara, penduduk non-Arian, terutama yang menganut Kekristenan Nicea, mengalami diskriminasi. Ada laporan tentang penyitaan properti gereja Nicea dan pengusiran uskup-uskup Nicea.
- Toleransi Terbatas: Di beberapa kerajaan lain, seperti Ostrogoth di Italia di bawah Theodoric, ada periode toleransi relatif di mana umat Arian dan Nicea bisa hidup berdampingan, meskipun ketegangan tetap ada.
Pengaruh Budaya dan Sosial
- Pengaruh Bahasa: Penerjemahan Alkitab oleh Ulfilas ke dalam bahasa Goth memainkan peran penting dalam mengembangkan bahasa tulis dan literatur Goth.
- Identitas Suku: Arianisme membantu memperkuat identitas suku-suku Jermanik sebagai kelompok yang berbeda dari Kekaisaran Romawi yang menganut Kekristenan Nicea.
Faktor yang Menyebabkan Bangsa Jermanik Memilih Arianisme
Beberapa faktor utama yang menyebabkan suku-suku ini memilih menjadi penganut Arianisme meliputi:
- Misionaris Arian: Tokoh seperti Ulfilas sangat berpengaruh dalam mengkonversi suku-suku Jermanik ke Arianisme. Pendekatan mereka yang menggunakan bahasa lokal dan budaya setempat membantu dalam penyebaran ajaran ini.
- Identitas Politik dan Sosial: Arianisme memberi suku-suku Jermanik identitas yang berbeda dari Kekaisaran Romawi. Memeluk Arianisme bisa dilihat sebagai pernyataan kemandirian dan identitas tersendiri.
- Kebijakan Kaisar Pro-Arian: Dukungan dari kaisar seperti Constantius II membantu menyebarkan dan memperkuat Arianisme di antara suku-suku ini.
Arianisme Kuat di Kalangan Bangsa Jermanik
Arianisme memainkan peran penting dalam sejarah suku-suku Jermanik selama beberapa abad. Meskipun akhirnya surut karena berbagai faktor politik dan militer, pengaruhnya tetap signifikan dalam membentuk identitas dan perkembangan awal Kekristenan di Eropa.
Kehidupan Kekristenan ala Arianisme di suku-suku tersebut mencerminkan upaya untuk mengintegrasikan ajaran agama dengan budaya dan politik mereka sendiri, berbeda dari arus utama Kekristenan yang didominasi oleh Kekaisaran Romawi.
Pengaruh Arianisme pada Aliran-Aliran Kristen yang Menolak Trinitas
Ada empat aliran utama Kristen, yakni Katolik, Ortodoks, Mesianik Yudaisme dan Protestan. Sebenarnya Protestan jelas berbeda dari Arianisme dalam segala hal, tetapi sejak era reformasilah, muncul banyak sempalan Kristen yang sedikit banyak juga punya kesamaan dengan ajaran Arinis.
Meskipun Arianisme sebagai gerakan teologis telah lenyap sejak abad-abad awal Kekristenan, pengaruhnya tetap terasa dalam sejarah gereja. Sejumlah aliran Kristen yang muncul kemudian menolak ketuhanan Yesus atau konsep Trinitas, dan beberapa di antaranya terlihat memiliki kesamaan dengan Arianisme. Berikut ini adalah beberapa aliran Kristen yang menolak Trinitas, bersama dengan sejarah perkembangan dan karakteristik utama mereka.
1. Unitarianisme
Sejarah dan Perkembangan
Unitarianisme mulai berkembang pada abad ke-16 sebagai bagian dari Reformasi Protestan. Aliran ini memperoleh nama dan bentuknya yang lebih jelas pada abad ke-17 dan ke-18 di Eropa, terutama di Polandia dan Transylvania, dan kemudian menyebar ke Inggris dan Amerika Serikat.
Karakteristik Utama
- Penolakan Trinitas: Unitarianisme secara eksplisit menolak doktrin Trinitas, mengajarkan bahwa Tuhan adalah satu pribadi (unitarian) dan bukan tiga pribadi dalam satu esensi.
- Yesus sebagai Guru dan Nabi: Yesus Kristus dihormati sebagai guru moral dan nabi, tetapi bukan sebagai Allah yang sehakikat dengan Bapa.
2. Saksi-Saksi Yehuwa
Sejarah dan Perkembangan
Saksi-Saksi Yehuwa didirikan pada akhir abad ke-19 oleh Charles Taze Russell di Amerika Serikat. Gerakan ini berawal dari kelompok belajar Alkitab yang kemudian berkembang menjadi organisasi keagamaan dengan ajaran yang khas.
Karakteristik Utama
- Penolakan Trinitas: Saksi-Saksi Yehuwa menolak konsep Trinitas, mengajarkan bahwa Yesus adalah makhluk ciptaan pertama yang diciptakan oleh Allah (Yehuwa).
- Kristus sebagai Anak Allah: Mereka mengajarkan bahwa Yesus, meskipun ilahi, tidak setara dengan Allah Bapa dan bukan bagian dari satu kesatuan Trinitas.
3. Christadelphian
Sejarah dan Perkembangan
Christadelphian didirikan oleh John Thomas pada pertengahan abad ke-19 di Amerika Serikat. Gerakan ini berawal dari pertemuan-pertemuan Alkitab dan berkembang menjadi kelompok keagamaan yang unik.
Karakteristik Utama
- Penolakan Trinitas: Christadelphian menolak doktrin Trinitas, mengajarkan bahwa Yesus adalah Anak Allah tetapi bukan Allah itu sendiri.
- Pandangan Khusus tentang Yesus: Mereka percaya bahwa Yesus memiliki natur manusiawi dan ilahi tetapi tidak setara dengan Allah Bapa.
4. Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir (Mormon)
Sejarah dan Perkembangan
Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir (LDS Church), yang lebih dikenal sebagai Gereja Mormon, didirikan oleh Joseph Smith pada tahun 1830 di Amerika Serikat.
Karakteristik Utama
- Pandangan tentang Tuhan dan Yesus: Gereja LDS memiliki pandangan yang unik tentang Tuhan, Yesus, dan Roh Kudus sebagai tiga pribadi yang terpisah, tidak bersatu dalam satu esensi seperti dalam Trinitas klasik.
- Keilahian Yesus: Mereka percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah yang pra-eksisten, tetapi konsep keilahian dalam LDS berbeda dengan ajaran Trinitas ortodoks.
5. Iglesia ni Cristo
Sejarah dan Perkembangan
Iglesia ni Cristo (INC) didirikan oleh Felix Manalo pada tahun 1914 di Filipina. Gereja ini menekankan bahwa mereka adalah pemulihan dari gereja Kristen sejati yang telah menyimpang.
Karakteristik Utama
- Penolakan Trinitas: INC menolak Trinitas, mengajarkan bahwa Yesus adalah Anak Allah tetapi bukan Allah sendiri.
- Yesus sebagai Utusan Tuhan: Yesus dipandang sebagai manusia sempurna yang diurapi dan diberi kuasa oleh Allah.
Arianisme Gaya Baru?
Pengaruh Arianisme tetap terasa dalam sejarah Kekristenan melalui berbagai aliran yang menolak konsep Trinitas.
Meskipun konteks dan alasan penolakan ini bervariasi, kesamaan mereka dengan Arianisme menunjukkan warisan intelektual dan teologis yang panjang. Mempelajari aliran-aliran ini memberikan wawasan tentang bagaimana interpretasi yang berbeda terhadap Alkitab dan teologi dapat menciptakan diversitas dalam iman Kristen.
Aliran-aliran ini masing-masing memiliki sejarah yang kaya dan menawarkan perspektif unik tentang natur Yesus dan hubungannya dengan Allah Bapa.
Bacaan lebih lanjut:
George Huntston Williams, The Radical Reformation (1962), menjelaskan perkembangan awal Unitarianisme.
Earl Morse Wilbur, A History of Unitarianism (1945-1952), memberikan gambaran komprehensif tentang sejarah dan teologi Unitarianisme.
James A. Beckford, The Trumpet of Prophecy: A Sociological Study of Jehovah's Witnesses (1975), mengulas perkembangan dan keyakinan Saksi-Saksi Yehuwa.
M. James Penton, Apocalypse Delayed: The Story of Jehovah's Witnesses (1985), memberikan analisis historis dan teologis tentang gerakan ini.
Bryan R. Wilson, Sects and Society: A Sociological Study of the Elim Tabernacle, Christian Science, and Christadelphians (1961), memberikan wawasan tentang ajaran dan struktur Christadelphian.
Richard Lyman Bushman, Joseph Smith: Rough Stone Rolling (2005), memberikan biografi komprehensif tentang pendiri Mormon dan ajarannya.
Terryl L. Givens, People of Paradox: A History of Mormon Culture (2007), menjelaskan sejarah dan perkembangan teologi LDS.
Anne C. Harper, Iglesia ni Cristo: A Study in Independent Church Dynamics (1979), memberikan analisis tentang sejarah dan doktrin INC.
Itulah ulasan yang cukup panjang mengenai Kristen Arian dan bagaimana ajaran ini akhirnya memposisikan diri berlawanan dari dogma gereja arus utama, baik itu Katolik, Protestan maupun Ortodoks.
Jika tertarik mengenal lebih lanjut mengenai Arianisme, ada baiknya melihat perkembangan sejarah, khususnya sejarah agama Kristen Protestan karena setelah reformasi, muncul banyak sekte yang melandaskan diri pada dogma non-trinitarian.
Akhir kata, semoga tulisan sederhana ini bisa bermanfaat untuk kita semua. Soli Deo Gloria. (catatanadi.com)
Posting Komentar untuk "Arianisme, Aliran Kristen yang tidak Percaya Ketuhanan Yesus"
Pembaca yang baik adalah yang menulis komentar sebelum pergi. Komentar Anda akan muncul setelah kami review. Dilarang menuliskan link hidup apapun.