Perang Saudara Spanyol, Gladi Bersih Menuju WW2
Siapa sangka negeri seindah Spanyol yang pada Perang Dunia 2 lebih memilih tidak aktif bertempur, justru menjadi ajang berlangsungnya gladi bersih penuh darah sebelum meletus front Eropa.
Selain masalah ekonomi, dapat dilihat bahwa pertikaian ideologis menjadi sumbu bagi meledaknya perang saudara Spanyol.
Perang saudara Spanyol lebih dari kerusuhan sipil biasa, ini adalah pertempuran berdarah untuk memperebutkan kendali atas negeri yang pernah begitu berkuasa di dunia itu.
Perang Saudara Spanyol : Komunis vs Fasis
Perang Saudara Spanyol adalah salah satu kejadian penting yang sangat menentukan di abad ke-20. Perang saudara Spanyol adalah gambaran sebuah pertentangan ideologi dan senjata, yang kemudian menjadi konflik brutal yang memakan banyak korban jiwa tak bersalah.
Dikutip dari Wikipedia, perang saudara Spanyol berlangsung pada tanggal 17 Juli 1936 sampai 1 April 1939. Peperangan ini merupakan sebuah konflik antara kaum nasionalis yang cenderung fasis melawan aliansi sosialis-komunis-anarko. Perlu diingat bahwa Franco juga dibantu pasukan Italia dan militer Jerman secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.
Perang Saudara Spanyol |
Jenderal Francisco Franco yang memimpin kaum nasionalis berhasil melakukan kudeta dan memenangi peperangan dan mengalahkan kaum loyalis yang saat itu dipimpin oleh Presiden Manuel Azaña dari Republik Spanyol Kedua.
Walaupun perang itu hanya berlangsung kurang lebih selama tiga tahun, akan tetapi situasi politiknya sendiri sudah dipenuhi dengan berbagai tindak kekerasan yang sudah berlangsung selama beberapa tahun sebelumnya.
Jumlah korbannya sendiri diperkirakan antara 300 ribu hingga 1 juta jiwa yang mati terbunuh. Kebanyakan korban tersebut terbunuh karena banyak terjadinya pembunuhan massal yang kedua belah pihak lakukan.
Dimulainya Perang Saudara Spanyol
Menurut historia.id Perang Saudara Spanyol ini dimulai saat para jenderal Spanyol mengadakan pemberontakan secara militer pada bulan juli 1936. Dari gerakan jenderal tersebut mengakibatkan para pekerja dan petani Spanyol merespon gerakan tersebut dengan melakukan Revolusi Sosial secara anarkis.
Dikatakan oleh Murray Bookchin di dalam To Remember Spain: The Anarchist and Syndicalist Revolution of 1936, bahwa selama beberapa bulan pertama dari gerakan pemberontakan militer tersebut dimulai, para pekerja sosialis yang berlokasi di Madrid pun sering melakukan tindakan - tindakan yang bersifat radikal seperti apa yang dilakukan oleh para pekerja anarko-sindikalis di Barcelona.
Bookchin juga mengatakan bahwa, uniknya Revolusi Spanyol ini ada di kontrol buruh beserta kolektifnya yang sudah diberikan advokasi selama hampir tiga generasi oleh gerakan libertarian secara besar - besaran.
Revolusi spanyol ini juga telah menandai puncak dari perjalanan 60 tahun lebih agitasi beserta aktivitas anarkis di Spanyol yang sudah dimulai sejak awal tahun 1870-an, dimana saat itu Giuseppe Fanelli menjadi seorang anarkis Italia yang telah memperkenalkan ide-ide Bakunin kepada semua kelompok-kelompok pekerja dan intelektual di Madrid dan Barcelona.
Gerakan anarkisme yang terorganisir di Spanyol menjadi jauh lebih besar dan lebih kuat di tahun 1930-an bila dibandingkan dengan kapanpun dan juga di manapun di dunia saat itu.
Dikutip dari historia.id, Largo Caballero sebagai pemimpin Partai Sosialis Spanyol pada september 1936 berhasil membentuk pemerintahan “kiri” dimana dia menggerakkan para pemimpin sosialis, anarko-sindikalis, dan komunis untuk melawan pergerakan tentara militer tersebut.
Pemerintahan yang dibuat oleh Largo Caballero diisi oleh menteri - menteri yang mewakili para serikat pekerja sosialis UGT (Unión General de Trabajadores) beserta serikat pekerja anarko-sindikalis CNT-FAI (Confederación Nacional del Trabajo dan Federación Anarquista Ibérica).
Keputusan dari pemilihan pemimpin - pemimpin ini kemudian menuai banyak sekali kontroversi karena keputusan tersebut dianggap sudah mematahkan semua tradisi terhormat dari pantangan dalam mengikuti segala bentuk politik parlementer. Sedangkan CNT sendiri pun telah tegas dalam penolakan tersebut demi independen dari partai politik yang berkomitmen untuk revolusi menggunakan aksi langsung ke jalan.
Dengan bergabungnya para pemimpin CNT dengan pemerintahan yang dibentuk Caballero tersebut dianggap sebagai pemerintahan yang sudah tidak lagi mewakili organisme yang membagi masyarakat ke dalam kelas pekerja seperti yang dikutip dari Surat kabar CNT Solidaridad Obrera.
Emma Goldman sebagai feminis anarkis yang juga menjadi salah satu anggota dari CNT-FAI mengatakan bahwa pilihan untuk ikut masuk ke dalam sebuah pemerintahan itu dianggap sebagai tindakan konsesi yang sangat tidak ofensif.
Emma sendiri masih menganggap pemerintahan itu sebagai sebuah tindak kejahatan dimana dia menganggap negara itu seperti monster yang siap menghabisi semua orang bila berada di dalam jangkauannya.
Pada akhirnya pemerintahan yang dibuat oleh Largo Caballero tersebut tidak bertahan lama.
Meski begitu, revolusi masih terus berjalan. George Orwell menceritakan pada Homage to Catalonia bahwa pada bulan Desember 1936 sampai Januari 1937, para kaum anarkis masih tetap mengontrol Catalonia.
Di kota Barcelona sendiri, setiap bangunanannya telah direbut para pekerja dengan dibalut berbagai bendera merah atau bendera berwarna merah hitam khas para kaum anarkis. Pada setiap tembok bangunan pun di gambar dengan gambar palu arit serta berbagai inisial khas dari partai yang revolusioner.
Akan tetapi, serangkaian dari kekalahan - kekalahan pertempuran pun terjadi hingga awal tahun 1939. Saat itu semua kaum anarkis terus di represi hingga akhirnya pada bulan April tahun 1939, pasukan fasis akhirnya menguasai Spanyol sepenuhnya kembali.
informatif.....
BalasHapusthank you for sharing
# Semoga cepat sembuh dari covid.... aamiin yra
Terima kasih Pak Tanza. Di US bagaimana pak? Apa ledakan Covid juga masih besar?
Hapus