Pembelajaran Berharga Di Kala Pandemi
Halo pembaca semua, kali ini Catatan Adi akan mengulas mengenai hal-hal sederhana yang mungkin kita semua alami di masa pandemi ini, khususnya pengalaman selama isolasi mandiri di bulan Juli ini.
Perlu ditegaskan bahwa postingan kali ini tidak berniat memunculkan kontroversi. Jika ingin kontroversi silahkan cari di Youtube atau WA Grup Anda masing-masing ya. Atau kalau mau baku hantam online karena social distancing, lakukan saja di Twitter atau kolom komentar Quora. Di sana masih buka kok.
Lanjut deh. Siap, gaes? Jadi perlu ditegaskan bahwa manusia Indonesia itu terdiri dari berbagai kalangan. Ada yang baik, ada yang superbaik. Ada yang kalem, ada yang dipanggil pake nama bapaknya langsung njitak kepala orang. Ada yang suka bercanda, ada yang suka bikin orang jantungan. Nah sekarang semua jenis manusia itu sedang mengalami badai yang sama. Namun di kapal yang berbeda.
Aku sendiri cukup beruntung dengan keadaanku saat ini. Itu tidak aku sangsikan. Meski aku dan keluarga terpapar virus anyng ini, tetapi kami tetap bisa bertahan. Ada beberapa hal yang membuat kami tetap kuat.
Dukungan Keluarga
Kami semua kompak. Aku, istri dan ibu saling bahu-membahu menolong. Khususnya ketika sedang lemes-lemesnya dan harus berjuang dengan kondisi kesehatan, baik fisik maupun mental, yang sulit, tetapi kami mampu saling menunjukkan kerja sama tim yang baik. Mirip-mirip Argentina waktu dapet juara kemaren.
Tentu kami berharap semua orang mengalami hal ini. Ketika sakit tetap bisa kompak kayak kami. Meski begitu aku sadar, karena satu dan lain hal, ada juga orang-orang yang justru gagal menunjukkan kerja sama tim dalam keluarga ketika menghadapi cobaan ini. Di titik ini aku sungguh bersyukur.
Bantuan Keluarga
Adikku yang jauh dari kami juga memberikan dukungan material dan non-material. Selain doa, mereka juga memberikan bantuan berupa paket buah-buahan, madu dan uang. Lumayan buat bertahan hidup sampai tulisan ini aku unggah di blog kesayangan kalian semua, Catatan Adi.
Bantuan ini bisa aku terima karena memang mereka dalam kondisi baik dan tercukupi. Tentu tidak semua orang mengalami hal ini. Ada yang harus berjuang sendiri. Mau minta bantuan keluarga juga tidak mungkin karena berbagai keterbatasan. Di sini lagi-lagi aku harus mengucap syukur.
Bantuan Lingkungan
Lingkungan juga cukup membantu. Ada saja orang yang menawarkan untuk jastip belanjaan macam sepaket sayur asem, soto ayam maupun bubur. Meski rasanya kacau karena penyakit sialan ini juga menyerang lidah, tapi kami tetap bersyukur.
Di luar sana, ada banyak orang yang hidup benar-benar terisoliasi. Sayangnya, aku juga mendengar dari media sosial katanya ada yang hidup di lingkungan yang tidak mendukung.
Pekerjaan
Aku masih bisa WFH alias kerja dari rumah. Ini cukup membantu. Gajiku juga tetap dan bahkan aku juga dapat rejeki dari side-job. Aku juga tidak berhenti berkarya. Aku ingin mendapat banyak pemasukan dari hasil karyaku selama WFH dan isoman ini.
Di luar sana, ada banyak orang yang pekerjaannya tergangu. Banyak yang di-PHK maupun dirumahkan. Tentu nasib keluarganya sedikit banyak akan terganggu juga.
Perhatian
Aku juga mendapatkan perhatian cukup dari orang-orang baik. Kantor langsung meminta dokter dan suster menghubungiku. Tim khusus dari kantor juga menanyakan keadaanku secara rutin. Ini adalah hal yang aku rasakan dan membuatku makin bersyukur.
Di lain pihak banyak orang yang mengalami alienasi besar-besaran dan tanpa perhatian apapun. Mereka yang ngontrak, ngekos maupun hidup jauh dari orang-orang baik pasti benar-benar kesepian.
Fasilitas
Aku sudah mempersiapkan semuanya. Sebelum pandemi kami sudah menanam lahan kecil kami dengan berbagai sayuran dan tumbuhan. Cukuplah apabila nanti terjadi sesuatu. Aku juga sudah mengisi Gopay dan Ovo dengan nominal yang cukup dalam menjalani isoman ini.
Terlebih di daerahku sangat mudah untuk mengakses layanan internet sehingga bisa melakukan pembelian online di Indomaret, Alfamart, maupun ojek online. Hal ini tentu memudahkan dalam berbelanja meski tak bisa keluar rumah.
Hal-hal seperti itu yang mungkin tidak dialami oleh sebagian masyarakat kita. Sudah kena penyakit, harus isoman, finansial tidak terlalu baik dan berbelanja juga susah.
Badai yang Sama namun Kapal Berbeda
Tentu ada banyak orang yang berkelimpahan secara finansial dan mereka juga mengalami nasib sepertiku. Orang-orang kaya ini punya benteng finansial yang luar biasa dengan kekayaan yang melimpah ruah. Mereka mungkin tidak perlu bingung karena dengan mudah bisa mengakses internet, Netflix, bekerja dari rumah, beli obat yang dibutuhkan, belanja lewat Gojek/Grab, punya tabungan di CC yang besar dan mendapatkan fasilitas kesehatan yang menunjang kehidupan mereka.
Namun di sisi lain ada orang yang tidak memiliki itu semua. Mau kerja sulit, bahkan ada yang kehilangan pekerjaan. Boro-boro dapat hiburan di kala pandemi, bisa dapat utangan aja sudah cukup.
Berbela Rasa
Aku sekali lagi tidak berniat membuat kontroversi. Namun aku tidak sampai hati jika mutlak menyalahkan mereka yang katanya melanggar jam operasional atau harus berjubel di jalanan. Mereka cari makan, bukan nganter narkoboy. Mereka berjuang di jalan halal, bukan jadi teroris.
Ini sungguh dilema memang karena pada dasarnya peraturan pemerintah wajib ditaati. Namun ingat, tidak semua orang di kapal yang sama. Ada yang di kapal pesiar, ada yang mengandalkan ban pelampung. Bahkan ada yang berjuang dengan kaki dan tangannya.
Tidak semua jenis pekerjaan bisa di-WFH-kan. Semua punya porsinya. Banyak orang jadi bangkrut dan kehilangan rejeki. Ini kenyataan yang harusnya menjaga kita untuk mengontrol lisan maupun tulisan agar tidak menyinggung. Ini jaman susah. Fiersa Besari saja malah takut ngingetin makan karena dikira nyindir. Gimana lagi gan, cari makan juga susah.
Kalau mau belajar PPKN atau Budi Pekerti, inilah saatnya. Lihatlah, ada banyak materi pembelajaran di sekeliling kita. Semau terpampang nyata.
Tetap kuat |
Masih Banyak Orang Baik
Ada orang yang mengunggah informasi tentang kebutuhan plasma konvelesen dan obat-obatan. Ada yang menjawab cara atau dimana menemukannya. Semua ini adalah bukti masih ada kebaikan di tengah kesulitan.
Ada selebgram dan tiktokers yang ramai-ramai memborong dagangan para pengasong, ada juga hamba Allah yang rela panas-panasan berbagi nasi bungkus untuk siapa saja yang perutnya lapar. Ada juga relawan yang bikin aksi sosial menyalurkan sembako agar tidak ada yang mati kelaparan. Semua itu terjadi secara nyata dan bukti bahwa masih banyak orang baik.
Terkait pandemi, Catatan Adi juga pernah membuat artikelnya kira-kira setahun yang lalu. Jika penasaran bisa dibaca di sini.
_____
Aku hanya bisa bantu doa, meski aku sendiri bukan orang relijius benar dan masih jarang berdoa. Namun melihat kenyataan ini dan fakta menyedihkan lainnya, jelas bumi butuh uluran tangan Dia yang Maha Pencipta. Semoga semua berbahagia.
Posting Komentar untuk "Pembelajaran Berharga Di Kala Pandemi"
Pembaca yang baik adalah yang menulis komentar sebelum pergi. Komentar Anda akan muncul setelah kami review. Dilarang menuliskan link hidup apapun.