Mengenang 7 Klub Populer Galatama
Galatama atau Liga Sepakbola Utama adalah sebuah kompetisi sepakbola semiprofesional yang digelar di Indonesia antara tahun 1979 dan 1994.
Menjadi unik karena saat itu Indonesia juga sudah memiliki Perserikatan, yakni kompetisi sepakbola antar klub non-profesional yang digelar PSSI.
Pada tahun 1994-1995, Perserikatan dan Galatama dilebur menjadi satu kompetisi yang selanjutnya dikenal dengan nama Liga Indonesia.
Lantas, siapa saja anggota klub Galatama yang pernah sangat populer di masanya? Inilah profil 7 klub sepakbola era Galatama yang kini sudah bubar.
Bagaimana tidak, Pelita Jaya merupakan juara Galatama tahun 1989, 1990, dan 1994. Selain itu. The Comanders juga meraih dua kali gelar runner-up.
Namun nasib selanjutnya sangat menyedihkan. Pelita Jaya tergusur dari papan atas dan bahkan berkali-kali pindah home base dan nama.
Ia berganti nama dari PS Pelita Jaya menjadi PS Pelita Solo, Pelita Bakri, Pelita Krakatau Steel, Pelita Jaya Purwakarta, Pelita Jaya Karawang, Pelita Bandung Raya, Persipasi Bandung Raya, dan yang terakhir adalah Madura United (Persipasi Pamekasan).
Selama dua puluh tahun berkiprah di Indonesia, Arseto pernah pindah homebase. Awalnya bermarkas di Jakarta, Arseto kemudian pindah ke Solo. Justru di kota inilah Arseto berhasil memiliki basis pendukung fanatik.
Tidak jelas apa arti nama Arseto, tetapi banya yang mengganggap itu merupakan akronim dari Ari Sigit Harjojudanto, pemilik Arseto sekaligus anak Presiden Suharto.
The Cannon Arseto benar-benar sarat prestasi. Klub ini adalah juara Piala Galatama (1985), Juara kompetisi Invitasi Galatama (1987), Juara Galatama (1992), Juara Kejuaran Antar-klub ASEAN (1993) dan masuk semifinal Liga Champions Asia (1993).
Sayang pada tahun 1998, klub ini bubar seiring dengan datangnya prahara politik serta krisis ekonomi yang memporak-porandakan Indonesia.
Lalu kemudian Jaka Utama pindah home base ke Bogor, Jawa Barat dan berganti nama menjadi Yanita Utama.
Yanita Utama sendiri berdiri pada tahun 1983 dan berbasis di Bogor. Yanita Utama mengikuti Galatama pertama kali pada musim 1983-1984 dan langsung menjadi Juara.
Herry Kiswanto Rudy Ketljes dan Joko Malis adalah tiga pemain pilar dari Yanita Utama yang berjasa memberikan gelar juara.
Yanita Utama juga berhasil mempertahanan gelar pada Galata 1984-1985. Sayang sekali setelah itu tim kebanggaan kota Bogor tersebut bubar. Banyak pemainnya yang pindah ke KTB.
Hebatnya, di tahun pertama keikutsertaan KTB, tim itu berhasil jadi juara setelah menglahkan tim kuat Galatama lainnya, Arseto Solo. Sedang setahun kemudian, mereka mampu mempertahankan gelar dari ancaman PS Pelita Jaya.
Pada tahun 1992, KTB akhirnya memutuskan untuk membubarkan diri. Sejak saat itu, publik tanah air kehilangan klub yang erat kaitannya dengan merk mobil Mitsubishi itu.
Mitra Surabaya adalah juara dua kali Galatama, yakni edisi Galatama 1982,1983 dan 1986. Mitra juga merupakan juara Piala Aga’s Khan.
Mitra Surabaya akhirnya terseok-seok paska penggabungan Perserikatan dan Galatama. Klub ini kemudian berganti nama menjadi Mitra Kukar yang berbasis di Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur hingga hari ini.
Beberapa pemain berprestasi PS Warna Agung antara lain adalah Ronny Pattinasarany, Rully Nere dan Widodo Cahyono Putro. Klub ini akhirnya dibubarkan oleh Bapak Endang Witiarsa pada tahun 1995.
Pardedetex adalah klub sepakbola yang berbasis di Medan dan sudah eksis sejak tahun 1960an. Ditengarai, klub ini punya fasilitas lengkap dan sederet pemain bintang.
Semua itu tak lain adalah berkat kepedulian Pak Katua alias Tumpal Doranius Pardede, sang pemilik dan pemimpin klub.
Sayang walau sangat agresif dan serius mengikuti Galatama, Pardedetex tidak pernah sekalipun meraih gelar juara. Tim ini bubar pada tahun 1984.
Itulah sejarah 7 klub Galatama yang kini sudah tiada. Semoga apa yang sempat mereka torehkan tetap dikenang dan menjadi pelajaran berharga untuk pengembangan dunia sepakbola di Indonesia.
Menjadi unik karena saat itu Indonesia juga sudah memiliki Perserikatan, yakni kompetisi sepakbola antar klub non-profesional yang digelar PSSI.
Pada tahun 1994-1995, Perserikatan dan Galatama dilebur menjadi satu kompetisi yang selanjutnya dikenal dengan nama Liga Indonesia.
Lantas, siapa saja anggota klub Galatama yang pernah sangat populer di masanya? Inilah profil 7 klub sepakbola era Galatama yang kini sudah bubar.
Lambang Galatama |
Pelita Jaya
Pelita Jaya sering dijuluki sebagai Bayern Munchen versi Indonesia. Hal ini karena PJ sangat perkasa dan begitu mendominasi persepakbolaan tanah air.Bagaimana tidak, Pelita Jaya merupakan juara Galatama tahun 1989, 1990, dan 1994. Selain itu. The Comanders juga meraih dua kali gelar runner-up.
Namun nasib selanjutnya sangat menyedihkan. Pelita Jaya tergusur dari papan atas dan bahkan berkali-kali pindah home base dan nama.
Ia berganti nama dari PS Pelita Jaya menjadi PS Pelita Solo, Pelita Bakri, Pelita Krakatau Steel, Pelita Jaya Purwakarta, Pelita Jaya Karawang, Pelita Bandung Raya, Persipasi Bandung Raya, dan yang terakhir adalah Madura United (Persipasi Pamekasan).
Arseto Solo
Arseto adalah nama sebuah klub sepakbola Galatama yang didirikan oleh Sigit Harjojudanto. Klub berjuluk The Cannon ini berdiri tahun 1978 dan bubar pada 1998.Selama dua puluh tahun berkiprah di Indonesia, Arseto pernah pindah homebase. Awalnya bermarkas di Jakarta, Arseto kemudian pindah ke Solo. Justru di kota inilah Arseto berhasil memiliki basis pendukung fanatik.
Tidak jelas apa arti nama Arseto, tetapi banya yang mengganggap itu merupakan akronim dari Ari Sigit Harjojudanto, pemilik Arseto sekaligus anak Presiden Suharto.
The Cannon Arseto benar-benar sarat prestasi. Klub ini adalah juara Piala Galatama (1985), Juara kompetisi Invitasi Galatama (1987), Juara Galatama (1992), Juara Kejuaran Antar-klub ASEAN (1993) dan masuk semifinal Liga Champions Asia (1993).
Sayang pada tahun 1998, klub ini bubar seiring dengan datangnya prahara politik serta krisis ekonomi yang memporak-porandakan Indonesia.
Yanita Utama
Yanita Utama adalah sebuah klub sepakbola Indonesia yang mengikuti kompetisi Galatama. Awalnya klub ini bernama Jaka Utama dan berbasis di Lampung.Lalu kemudian Jaka Utama pindah home base ke Bogor, Jawa Barat dan berganti nama menjadi Yanita Utama.
Yanita Utama sendiri berdiri pada tahun 1983 dan berbasis di Bogor. Yanita Utama mengikuti Galatama pertama kali pada musim 1983-1984 dan langsung menjadi Juara.
Herry Kiswanto Rudy Ketljes dan Joko Malis adalah tiga pemain pilar dari Yanita Utama yang berjasa memberikan gelar juara.
Yanita Utama juga berhasil mempertahanan gelar pada Galata 1984-1985. Sayang sekali setelah itu tim kebanggaan kota Bogor tersebut bubar. Banyak pemainnya yang pindah ke KTB.
Kramayudha Tiga Berlian
Kramayudha Tiga Berlian adalah klub yang mengikuti Galatama dan berbasis di Palembang. Akar dari KTB adalah klub bernama Yanita Utama Bogor. Sjanoerbi Sahid lalu membentuk sebuah tim baru dari para eks pemain Yanita Utama.Hebatnya, di tahun pertama keikutsertaan KTB, tim itu berhasil jadi juara setelah menglahkan tim kuat Galatama lainnya, Arseto Solo. Sedang setahun kemudian, mereka mampu mempertahankan gelar dari ancaman PS Pelita Jaya.
Pada tahun 1992, KTB akhirnya memutuskan untuk membubarkan diri. Sejak saat itu, publik tanah air kehilangan klub yang erat kaitannya dengan merk mobil Mitsubishi itu.
NIAC Mitra Surabaya
NIAC Mitra atau Mitra Surabaya merupakan sebuah klub sepakbola yang berbasis di Surabaya dan mulai eksis sejak tahun 1978.Mitra Surabaya adalah juara dua kali Galatama, yakni edisi Galatama 1982,1983 dan 1986. Mitra juga merupakan juara Piala Aga’s Khan.
Mitra Surabaya akhirnya terseok-seok paska penggabungan Perserikatan dan Galatama. Klub ini kemudian berganti nama menjadi Mitra Kukar yang berbasis di Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur hingga hari ini.
Warna Agung
PS Warna Agung adalah klub sepakbola yang menjadi salah satu kekuatan paling menakutkan di Indonesia. Klub ini menjuarai Galatama edisi perdana, yaitu periode 1979-1980.Beberapa pemain berprestasi PS Warna Agung antara lain adalah Ronny Pattinasarany, Rully Nere dan Widodo Cahyono Putro. Klub ini akhirnya dibubarkan oleh Bapak Endang Witiarsa pada tahun 1995.
Pardedetex Medan
Salah satu pioner bagi perkembangan sepakbola Indonesia ternyata berasal dari Tanah Batak, yaitu melalui sebuah klub bernama Pardedetex.Pardedetex adalah klub sepakbola yang berbasis di Medan dan sudah eksis sejak tahun 1960an. Ditengarai, klub ini punya fasilitas lengkap dan sederet pemain bintang.
Semua itu tak lain adalah berkat kepedulian Pak Katua alias Tumpal Doranius Pardede, sang pemilik dan pemimpin klub.
Sayang walau sangat agresif dan serius mengikuti Galatama, Pardedetex tidak pernah sekalipun meraih gelar juara. Tim ini bubar pada tahun 1984.
Itulah sejarah 7 klub Galatama yang kini sudah tiada. Semoga apa yang sempat mereka torehkan tetap dikenang dan menjadi pelajaran berharga untuk pengembangan dunia sepakbola di Indonesia.
Posting Komentar untuk "Mengenang 7 Klub Populer Galatama"
Pembaca yang baik adalah yang menulis komentar sebelum pergi. Komentar Anda akan muncul setelah kami review. Dilarang menuliskan link hidup apapun.