CHE GUEVARRA: MEMBUKA TABIR PENINDASAN
Ernesto Guevarra Lynch de La Serna atau yang oleh banyak orang biasa dipanggil Che Guevarra benar-benar sosok yang sangat unik dan luar biasa. Perjuangan dan keberaniannya bukan hanya membuat orang-orang di Amerika Latin terkagum-kagum, tapi juga telah menginspirasi banyak orang di belahan dunia lainnya.
Wajahnya terpampang di kaos-kaos, gantungan kunci, pin, dan tembok-tembok kota. Bahkan ada pula yang rela menato bagian tubuhnya dengan wajah sang pejuang amerika latin tersebut.
Wajahnya terpampang di kaos-kaos, gantungan kunci, pin, dan tembok-tembok kota. Bahkan ada pula yang rela menato bagian tubuhnya dengan wajah sang pejuang amerika latin tersebut.
Ernesto Guevara |
Ernesto Guevarra sendiri lahir di kota Rosario, Argentina pada tanggal 14 Juni 1928. Ia adalah anak sulung dari lima bersaudara. Keluarganya tergolong mapan secara ekonomi. Sedari kecil, ia sudah menderita asma. Atas alasan itulah keluarganya sering berpindah-pindah tempat tinggal ke tempat yang kondisi udaranya lebih bersahabat bagi Ernesto muda.
Masa Kecil Che Guevarra
Sejak kecil, minat Ernesto pada bidang filsafat sudah tampak. Beberapa karya filsafat, terutama hasil tulisan dari Karl Marx dan Sigmund Freud adalah favoritnya. Selain itu ia juga gemar membaca berbagai literatur lainnya, seperti novel, artikel hingga ilmu pengetahuan populer.
Ketika menginjak usia remaja, ia mulai menunjukkan rasa ketertarikannya pada politik, walaupun ia menolak untuk bergabung dengan organisasi politik manapun. Ia benci terhadap Amerika Serikat yang ia nilai sebagai monster penghisap yang merampok dan melakukan penjajahan gaya baru terhadap negara-negara lain, terutama negara dunia ketiga yang baru merdeka.
Baca Juga : Cebong Vs Kampret, Jangan Dibodohi Elit Politik
Baca Juga : Cebong Vs Kampret, Jangan Dibodohi Elit Politik
Selepas lulus dari sekolah menengah, Ernesto melanjutkan pendidikannya di sebuah universitas bernama Universidad de Buenos Aires (1945-1951), sebuah universitas terkemuka di kota Buenos Aires, Argentina. Di sana ia mengambil jurusan kedokteran. Tidak banyak cerita yang diketahui semasa Ernesto berkuliah, tapi yang pasti ia sangat tertarik pada penyakit kusta dan asma. Ia lulus dari Universitas dengan gelar Dokter Ernesto Guevarra.
Pada bulan Januari 1952, Ernesto sempat bekerja pada sebuah rumah sakit di negara Peru. Di rumah sakit tersebut ia melayani para penderita kusta dengan sabar dan telaten. Tetapi hanya tujuh bulan ia berada di sana sebelum akhirnya mengambil keputusan untuk kembali ke Argentina pada pertengahan Juli 1952.
Foto Che Guevara |
Perjalanan Ernesto Guevara
Sebelum menjadi seorang pemimpin gerilya, Ernesto pernah melakukan sebuah tindakan yang cukup nekat. Ia pernah memutuskan untuk berkelana ke seluruh penjuru Argentina, kemudian dilanjutkan ke hampir semua wilayah Amerika Selatan dan Karibia dengan hanya menggunakan sepeda motor. Dalam pengelanaan itu, ia ditemani oleh seorang sahabatnya bernama Alberto Granado. Semua kisah dalam perjalanan tersebut diabadikan oleh Ernesto melalui catatan yang diberinya judul the motorcycle diaries
Tindakan tersebut dilandasi oleh keingintahuan Ernesto akan kehidupan masyarakat Argentina dan Amerika Latin pada umumnya. Pada saat itu, hampir semua negara di Amerika Selatan diperintah oleh diktator yang kejam. Kebanyakan dari semua diktator tersebut adalah boneka pemerintahan Amerika Serikat.
Pada tahun 24 Desember 1953, Ernesto tiba di Guatemala. Pada saat itu Guatemala dipimpin oleh seorang tokoh sosialis yang sangat membenci kapitalisme dan Amerika Serikat, Jacob Arbens Guzman. Di sana, Ernesto gonta-ganti pekerjaan karena gagal mendapat jabatan sebagai staf medis permanen.
Di Guetamala pula, Ernesto berkenalan dengan dua orang yang sangat penting dalam kehidupannya selanjutnya, yaitu Hilda Gadea dan Nico Lopez. Hilda adalah seorang jurnalis dan penulis yang kemudian menjadi istri pertama Ernesto. Ialu memperkenalkan Ernesto kepada Nico Lopez, yang tak lain adalah seorang pemberontak dari Kuba dan salah satu orang kepercayaan Fidel Castro Castro, yang kelak menjadi rekan seperjuangan Ernesto.
Baca Juga : Komunitas Indonesia di Kaledonia Baru
Baca Juga : Komunitas Indonesia di Kaledonia Baru
Pada bulan Juni 1954, tentara bayaran yang didukung CIA (agen intelejen Amerika Serikat), menyerang ibukota Guatemala. Pertempuran besar pun tak terhindarkan lagi. Tentara yang setia kepada Presiden Jacob Arbens berjuang mati-matian mempertahankan istana kepresidenan. Pada saat itulah untuk pertama kalinya Ernesto mendapat pengalaman bertempurnya. Ia secara sukarela bergabung dengan pasukan Presiden Jacob Arbens untuk mengusir tentara bayaran Amerika Serikat tersebut.
Mengungsi Ke Mexico
Tetapi upaya itu gagal, karena pada Agustus 1954, tentara boneka sokongan negeri Paman Sam tersebut telah berhasil menguasai pemerintahan Guatemala. Ernesto pun kemudian memilih meninggalkan Guatemala dan pindah ke Mexico City, ibukota negara Meksiko.
Setibanya di Mexico City, ia diterima sebagai tenaga medis di sebuah rumah sakit. Tetapi kemudian ia lebih memilih untuk mengikuti nalurinya turut serta dalam ekspedisi untuk menyiapkan upaya merebut kekuasaan atas pemerintah Kuba, yang dipimpin oleh Fidel Castro.
Ernesto sendiri mengenal Fidel Castro Castro dari Nico Lopez, sahabatnya ketika berada di Guatemala. Ernesto langsung tertarik turut membantu Fidel Castro dan pasukannya merebut dan membebaskan Kuba dari cengkraman kediktatoran Presiden Batista, seorang tiran yang memerintah Kuba dengan tangan besi pada waktu itu.
Dalam persiapan merebut kekuasan dari tangan Batista tersebut, Ernesto dan pasukan Fidel Castro lainnya berlatih secara militer. Walaupun berlatar belakang pendidikan kedokteran, tapi Ernesto mampu menunjukkan bakat memimpin yang luar biasa. Ia terkenal dengan ketegasan dan keberaniannya. Selain dihormati oleh para anak buah Fidel Castro karena kecerdasannya dalam hal strategi militer, Ernesto juga dipuji karena pengetahuan politiknya yang luas dan dalam. Kemudian pasukan Fidel Castro menyebut nama Ernesto dengan sebutan Che, untuk menunjukkan rasa hormat padanya.
Memberontak Bersama Fidel Castro
Setelah ditempa secara militer selama beberapa waktu, Fidel Castro dan pasukannya, termasuk Che Guevarra pun bersiap menuju Kuba. Mereka menyusup ke Kuba menggunakan kapal bernama La Granma. Bersama dengan ratusan tentara pemberontak, mereka membangun basis militer di hutan-hutan terpencil di Kuba untuk selanjutnya memobilisasi rakyat Kuba agar bergabung dengan mereka.
Serangan-serangan militer awal yang dilakukan oleh tentara Che Guevarra dan Fidel Castro gagal merebut kota Havana, ibukota Kuba. Tetapi karena motivasi yang berapi-api dan kecerdikan taktik gerilya dari Che Guevarra, tentara pemberontak berhasil menguasai Kuba dan mendirikan komunisme di sana. Pada 1 januari 1959, Presiden terguling Batista kabur dari Kuba.
Tak berapa lama kemudian, tepatnya pada 16 Februari 1959, Fidel Castro menjadi Perdana Menteri Kuba. Setelah Kuba berhasil direbut, nama Che Guevarra semakin bersinar. Berbagai jabatan pernah dipegang oleh si dokter yang gemar berpetualang ini. Mulai dari Komandan Militer, Menteri Perindustrian, Kepala Bank Nasional Kuba, Anggota Dewan nasional, hingga Utusan Khusus Pemerintah Kuba untuk berbagai negara.
Baca Juga : Asal Usul Sebenarnya Drakula, Pangeran Eropa Timur Yang Difitnah
Baca Juga : Asal Usul Sebenarnya Drakula, Pangeran Eropa Timur Yang Difitnah
Membenci Imperialisme
Nama Che Guevarra semakin bersinar ketika ia mulai sering mengadakan berbagai kunjungan ke berbagai negara. Che Guevarra juga sempat berkunjung ke Indonesia, tepatnya pada tangal 30 Juli 1959.
Pada kesempatan tersebut, Che Guevarra menyerukan agar negara-negara dunia ketiga bersatu melawan penjajahan gaya baru yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya melalui ekonomi. Che juga sempat berkunjung ke Candi Borobudur dan mengadakan jamuan makan malam dengan Bung Karno, Presiden Indonesia waktu itu.
Pada kesempatan tersebut, Che Guevarra menyerukan agar negara-negara dunia ketiga bersatu melawan penjajahan gaya baru yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya melalui ekonomi. Che juga sempat berkunjung ke Candi Borobudur dan mengadakan jamuan makan malam dengan Bung Karno, Presiden Indonesia waktu itu.
Che Guevarra juga berusaha membangun solidaritas antar negara-negara yang baru berkembang. Ia pun melawat ke Korea Utara, Cina, Republik Demokrasi Jerman, Uni Sovyet, bahkan hingga ke negara-negara di benua Afrika, seperti Aljazair, Mali, Kongo, dan Mesir. Khusus di Afrika, Che Guevarra tergerak hatinya akan penderitaan yang dialami oleh rakyat Kongo. Ia pun mempersiapkan bantuan militer bagi rakyat Kongo.
Pada tahun 1965, Che Guevarra memimpin misi militer berkekuatan ratusan orang bersenjata dari Kuba untuk membantu rakyat Kongo menggulingkan kediktatoran dan penjajahan yang dilakukan oleh pemerintah kolonialis Belgia atas rakyat Kongo pada waktu itu. Sayangnya misi ini gagal, dan semua pasukan Kuba ditarik kembali dari Afrika. Pada desember 1965, Che Guevarra dan seluruh pasukannya kembali ke Kuba.
Meski Rusia tidak pernah menjajah Afrika, tetapi tindakan Guevarra mengintervensi masalah dalam negeri Kongo adalah bukti bahwa di era Perang dingin, Moskow juga berperan dalam kekacauan di Afrika.
Kematian Che Guevara
Kegagalan misi militer di Afrika tidak membuat Che Guevarra jera untuk melakukan hal serupa. Kali ini, Che Guevarra berniat untuk membebaskan Bolivia, sebuah negara di daratan Amerika Selatan. Pada saat itu, Bolivia diperintah oleh Presiden Renne Barrientoz.
Pada 23 maret 1967, Che Guevarra memimpin aksi militer yang pertama untuk menyerang basis militer tentara Bolivia. Aksi ini cukup berhasil. Inilah yang kemudian membuat Che Guevarra yakin Bolivia pasti akan segera direbut. Tapi sayangnya sejarah berkata lain. Pada pertengahan 1967, tentara Bolivia semakin gencar menyerang basis kekuatan militer pasukan Che Guevarra.
Puncaknya pada 8 Oktober Che Guevarra dan sisa pasukannya berhasil ditangkap dan dilumpuhkan. Presiden Renne Barrientoz kemudian memerintahkan Che Guevarra dihukum mati saat itu juga.
Kematian Che Guevarra membuat tidak hanya rakyat Kuba, tapi juga seluruh Amerika Latin berduka. Atas jasanya yang begitu besar bagi negara Kuba, maka Fidel Castro Castro menetapkan 8 Oktober sebagai hari berkabung nasional.
Che Guevarra memang telah tiada. Tapi semangatnya untuk memperjuangkan rakyat miskin yang tertindas akan terus menyala. Semangat keberanian yang diwariskan oleh Che Guevarra kini terpancar dari kaos-kaos oblong, lagu-lagu serta semboyan-semboyan perjuangan yang terus digaungkan di seantero bumi
Hasta Siempre Comandante Che Guevarra Guevarra!!!
Posting Komentar untuk "CHE GUEVARRA: MEMBUKA TABIR PENINDASAN"
Pembaca yang baik adalah yang menulis komentar sebelum pergi. Komentar Anda akan muncul setelah kami review. Dilarang menuliskan link hidup apapun.