Alasan Ini Membuat Saya Berhenti Jadi Wiraswasta Dan Freelance
Wiraswasta adalah orang yang membuka usaha sendiri dan tidak bekerja di bawah komando orang lain. Beberapa contoh dari pekerjaan ini seperti : pedagang, pemilik usaha atau pekerja independen.
Banyak orang memilih resign dari pekerjaan utamanya dan menjadi seorang wiraswasta.
Mirip dengan wiraswasta, seorang freelance adalah mereka yang bekerja secara mandiri dan tidak terikat kontrak jangka panjang / permanen dengan suatu perusahaan atau badan. Nama lain dari istilah ini adalah pekerja lepas.
Adapun contoh pekerja lepas yang bisa kita temui sehari-hari antara lain : pengacara, konsultan bisnis, agen properti independen hingga copy writers.
Siapa yang tidak ingin memiliki usaha sendiri tanpa perlu bekerja di bawah orang lain? Memiliki jam kerja yang fleksibel dan tidak harus disuruh-suruh oleh atasan atau bos? Semua orang pasti menginginkannya, termasuk saya. Dari titik inilah saya terbayang menjadi seorang wiraswasta.
Sebagai seorang yang berasal dari keluarga pas-pasan (miskin), saya terbiasa bekerja keras. Tidak bekerja berarti tidak makan. Malas berarti tertindas. Maka jangan heran sedari kecil diri ini sudah mengenal dunia kerja yang terkenal keras dan kejam.
Pertama-tama, saya memulai karir sebagai seorang sales barang elektronik ketika masih SMA. Saya bekerja secara freelance. Saya menawarkan berbagai barang seperti flashdisk, kaset, CD, MP3, hingga komputer kepada teman-teman atau siapapun. Modal saya hanyalah brosur dan kalimat-kalimat manis khas pedagang.
Setelah ada yang memesan, malamnya saya kerumah si pemilik toko, mengambil pesanan, lalu membayarnya. Besok pagi barang itu sudah ada di tangan pembeli.
Cukup lama saya menjalani hal ini, sekitar 3 tahun. Lumayan, setidaknya bisa menambah uang saku atau ditabung. Ternyata menjadi freelance itu cukup menyenangkan.
Pengalaman menjadi freelance itu selalu membekas di hati saya. Ada beberapa hal yang membuat saya tertarik menjadi pekerja lepas, antara lain waktu kerja yang fleksibel, tidak ada yang menekan serta tidak perlu harus tunduk pada perintah bos.
Itulah kelebihan menjadi freelance : tidak ada jam kerja yang mengikat, bos apalagi peraturan yang memberatkan.
Hal itulah yang akhirnya membuat saya resign dari kantor. Sebagai informasi, setelah lulus kuliah saya bekerja sebagai seorang pegawai kecil di perusahaan swasta. Sungguh beda ketika menjadi seoarang freelance.
Sebagai seorang pegawai, hari-hari saya lalui dengan berat : mendengar arahan (amarah) dari bos, rutinitas yang membosankan dan waktu luang yang terbatas. Semua ini membuat saya muak. Saya merindukan saat-saat menjadi freelance. Semua terasa lebih bebas.
Akhirnya pada titik kebosanan itu, saya mengambil keputusan yang cukup mengagetkan banyak orang : resign dari kantor dan memulai pekerjaan sebagai wiraswasta serta freelance.
Tentu semua ini tidak dengan tiba-tiba. Adalah cerita dari beberapa teman yang sudah mulai menjadi wiraswasta serta jargon-jargon para motivator yang membuat saya mengambil keputusan tersebut.
Baca Juga :
Cara Menghasilkan Uang Dari Blog
7 Cara Mendapat Pekerjaan Dengan Cepat
Koko Gembul, Nex Carlos Dan DJ Katty : Makan Enak Dapat Duit
5 Cara Meningkatkan Kepercayaan Diri
Harus diakui bahwa ada beberapa kantor atau perusahaan yang memiliki kultur kerja tidak sehat. Hal ini juga pernah saya alami. Akhirnya banyak pegawai menjadi tidak betah lalu resign dan memulai jalan baru menjadi seorang wiraswasta.
Beberapa kultur kerja yang tidak sehat tersebut adalah : nepotisme, atasan yang arogan, jam kerja yang buruk, pendapatan yang tidak sesuai kontrak, tidak adanya serikat pekerja yang kuat, office politic yang kejam hingga gaji sering molor.
Jam kerja panjang juga membuat orang keluar dari pekerjaan dan memulai usaha sebagai freelance atau wiraswasta. Mereka mengingkan waktu dan ritme kerja yang fleksibel serta tidak monoton. Hal tersebut tidak bisa didapatkan dari pekerjaan mereka menjadi pegawai kantor.
Tidak dapat dipungkiri, banyak perusahaan yang membayar pekerjanya di bawah UMR. Hal ini karena omzet yang masih kecil.
Tentu semua orang ingin mendapat pendapatan yang besar? Karena ingin mendapatkan gaji tinggi itulah maka akhirnya banyak orang keluar dari perusahaan lalu menjadi wiraswasta / freelannce.
Ada beberapa penyebab karir seseorang menjadi tidak berkembang, antara lain nepotisme dan tidak adanya jenjang karir yang jelas.
Bagi mereka yang ingin mengembangkan potensinya lebih jauh, ketika berhadapan dengan hal ini, tentu memilih untuk keluar dan mencoba memilih menjadi wiraswasta atau pekerja lepas.
Ada jutaan orang yang berhasi menjadi pengusaha sukses setelah resign. Tentu hal ini adalah sebuah stimulus yang membuat banyak orang tergoda.
Sayangnya banyak kisah manis tersebut tidak dilengkapi fase di mana para pengusaha sukses itu berjuang secara keras dan menghadapi banyak badai cobaan.
Untuk Anda yang mau resign, pertimbangkan masak-masak keputusan Anda. Saya mengharuskan Anda membaca artikel : persiapan untuk resign sebelum benar-benar mengambil keputusan tersebut.
Setelah keluar dari kantor, saya mendapatkan modal yang cukup. Dengan uang itu, saya mulai mengembangkan bisnis sendiri. Berikut adalah kisah saya menjai wiraswasta dan freelance tanpa persiapan yang matang sehingga berakhir dengan kegagalan.
Cukup mudah bagi saya untuk meyakinkan beberapa teman menanamkan modal di usaha saya ini : warung kopi ala angkringan. Ini adalah bidang usaha yang saya pilih ketika memutuskan berwirausaha.
Dengan penuh keyakinan saya memulai usaha ini, yakni menjadi wiraswasta sebagai pedagang angkringan. Walau tanpa persiapan, pengalaman dan modal yang cukup, saya nekat menjadi pengusaha angkringan.
Dua tahun menjalani usaha angkringan bondo nekat, akhirnya saya menyerah. Menjadi wiraswasta tidak semudah itu. Selain tidak balik modal, saya merasa sangat kelelahan. Dan pada saat itu, saya menyadari bahwa satu-satunya solusi adalah berhenti dan mencoba hal yang lain.
Semua peralatan dan bahan saya jual murah, lalu dengan sisa dana yang ada, saya kembalikan kepada teman-teman. Sungguh benar menjadi wiraswasta tidaklah mudah.
Akhirnya saya melanjutkan karir menjadi wiraswasta, tetapi di bidang yang lain. Saya menjalani usaha ternak ayam. Sama seperti usaha yang pertama, kali ini saya juga mengalami kebangkrutan. Setahun menjadi peternak ayam membuat saya mengalami kerugian material yang cukup besar.
Belajar dari yang pertama, sayapun tak ragu untuk segera banting stir. Menjual semua yang ada sebelum harga menjadi anjlok. Dasar nasib apes. Ternyata menjadi wiraswasta tidaklah mudah.
Selain berwiraswasta, saya juga mencoba menjadi seorang freelance alias pekerja lepas. Berbeda dengan yang sebelumnya, usaha kali ini nyaris tanpa modal.
Saya hanya perlu laptop dan sambungan internet. Ada beberapa situs yang menerima tulisan saya. Di sinilah saya mengenal dunia blog.
Walau nyaris tanpa modal, menjadi penulis tetaplah tidak semudah orang bicara. Anda harus meluangkan waktu ekstra, bahkan lebih dari 8 jam perhari jika ingin semua proyek selesai dengan baik dan tepat waktu. Pekerjaan ini sungguh melelahkan.
Akhirnya intensitas menulis saya menurun. Faktor kelelahan fisik dan mental menjadi peyebabnya. Selain itu uang yang didapat juga tidak seberapa.
Setelah itu saya mencoba semua bidang usaha. Apapun saya garap asal bisa dapat uang. Mulai dari menjadi guru les, agen asuransi, sales properti, distributor buku hingga teknisi komputer. Namun memang perjuangan dan teori berbeda. Semua rasanya sangat berat.
Lalu akhir dari semua itu, saya memilih kembali melamar di perusahaan. Menjadi pegawai biasa dengan gaji UMR dan jam kerja yang monoton. Namun setidaknya ada rasa puas di jiwa. Setidaknya saya sudah mendapat sesuatu yang berharga : pengalaman menjadi wiraswasta gagaal dan freelance yang belum berhasil.
Kecuali Anda berasal dari keluarga tajir melintir atau punya paman seorang Sultan, silahkan acuhkan tulisan ini. Tetapi jika Anda ingin mendengar pengalaman pribadi saya menjadi seorang freelance dan wiraswasta, semoga 6 fakta ini bisa membantu Anda menjadi lebih sukses.
Ada beberapa hal yang seakan 'disembunyikan' oleh mereka yang bercerita tentang manisnya meraup kesuksesan setelah berwirausaha atau menjadi freelance.
Padahal justru fakta tersebut harus menjadi penekanan. Anda harus tahu atau terancam mengikuti jejak saya.
Lalu apa 6 fakta tentang menjadi freelance atau wiraswasta yang harus Anda tahu?
#1 Anda Harus Berjuang Sangat Keras Di Awal
Berhati-hatilah mengelola modal Anda. Karena di tahap awal, kemungkinan besar Anda belum mendapat pemasukan. Untuk itu, Anda harus berjuang lebih keras.
#2 Tidak Ada Liburan
Kenapa bisa? Bukankah seorang freelance memiliki waktu kerja yang 'lebih pendek' dari pekerja kantoran?
Justru itu, Anda akan terseret pola tidak kerja makan tidak ada pendapatan. Anda akan semakin larut dalam bisnis Anda dan liburanpun akan menjadi semakin sulit didapatkan.
#3 Ada Batas Kabur Antara Teman Dan Calon Klien
Jika sebelumnya saya ngopi dengan teman untuk melepas penat, maka ketika menjadi freelance atau wiraswasta, semuanya saya lakukan dengan harapan mendapatkan proyek baru. Inilah yang membuat (saya secara pribadi) kehilangan waktu untuk benar-benar bersantai.
#4 Kesepian
Tentu saja. Anda akan sibuk dan larut dalam pekerjaan Anda. Ketika saya menjadi peternak, ruang lingkup sosial saya semakin menyempit. Pun demikian saat saya menjadi penulis lepas, nampaknya rasa sepi semakin menjadi-jadi.
#5 Jaminan Sosial
Ketika bekerja di perusahaan, saya mendapatkan fasilitas JAMSOSTEK (sekarang BPJS?) dari perusahaan. Tentu ini adalah benefit tersendiri. Namun ketika Anda menjadi seorang wiraswasta atau freelance, maka semuanya sepenuhnya tanggungan Anda sendiri.
#6 Lebih Rentan Stres
Ini adalah suatu keniscayaan. Anda adalah seorang bos, maka tanggung jawab akan semakin besar. Tingkat stres pun menjadi berkali lipat lebih tinggi.
Pada akhirnya semua itu menyadarkan saya. Ada banyak hal yang belum saya persiapkan. Alhasil, saya menyusun ulang kembali visi dan misi saya.
Beberapa hal berikut adalah alasan saya berhenti menjadi wiraswasta dan freelance :
1. Sadar bahwa harus lebih banyak belajar.
2. Sadar bahwa ketersediaan modal sangat penting.
3. Butuh lebih banyak waktu untuk membangun relasi dan jaringan.
4. Butuh persiapan dan rencana yang lebih matang.
Alhasil sekarang saya membangun semuanya kembali dari nol sambil tetap bekerja seperti biasanya.
Tidak ada satupun keraguan dari saya untuk tetap menjadi wiraswasta dan freelance, hanya saja saya perlu waktu untuk membuat persiapan yang lebih matang.
Pastikan Anda benar-benar siap, baik mental, relasi, modal dan keterampilan sebelum memulai sebuah usaha.
Jangan pernah resign sebelum Anda mempersiapkan segalanya dengan matang.
Tetap bekerja seperti biasa sambil membangun bisnis menjadi wiraswasta atau freelance adalah hal yang cukup baik dan wajar dilakukan.
Semoga artikel tentang menjadi pengalaman saya menjadi wiraswasta dan freelance ini bermanfaat untuk Anda.
Banyak orang memilih resign dari pekerjaan utamanya dan menjadi seorang wiraswasta.
Mirip dengan wiraswasta, seorang freelance adalah mereka yang bekerja secara mandiri dan tidak terikat kontrak jangka panjang / permanen dengan suatu perusahaan atau badan. Nama lain dari istilah ini adalah pekerja lepas.
Adapun contoh pekerja lepas yang bisa kita temui sehari-hari antara lain : pengacara, konsultan bisnis, agen properti independen hingga copy writers.
Pengalaman Menjadi Seorang Wiraswasta Dan Freelance
Berhenti Menjadi Wiraswasta dan Freelance |
Ingin Bekerja Secara Mandiri
Siapa yang tidak ingin memiliki usaha sendiri tanpa perlu bekerja di bawah orang lain? Memiliki jam kerja yang fleksibel dan tidak harus disuruh-suruh oleh atasan atau bos? Semua orang pasti menginginkannya, termasuk saya. Dari titik inilah saya terbayang menjadi seorang wiraswasta.
Sebagai seorang yang berasal dari keluarga pas-pasan (miskin), saya terbiasa bekerja keras. Tidak bekerja berarti tidak makan. Malas berarti tertindas. Maka jangan heran sedari kecil diri ini sudah mengenal dunia kerja yang terkenal keras dan kejam.
Pertama-tama, saya memulai karir sebagai seorang sales barang elektronik ketika masih SMA. Saya bekerja secara freelance. Saya menawarkan berbagai barang seperti flashdisk, kaset, CD, MP3, hingga komputer kepada teman-teman atau siapapun. Modal saya hanyalah brosur dan kalimat-kalimat manis khas pedagang.
Setelah ada yang memesan, malamnya saya kerumah si pemilik toko, mengambil pesanan, lalu membayarnya. Besok pagi barang itu sudah ada di tangan pembeli.
Cukup lama saya menjalani hal ini, sekitar 3 tahun. Lumayan, setidaknya bisa menambah uang saku atau ditabung. Ternyata menjadi freelance itu cukup menyenangkan.
Pengalaman menjadi freelance itu selalu membekas di hati saya. Ada beberapa hal yang membuat saya tertarik menjadi pekerja lepas, antara lain waktu kerja yang fleksibel, tidak ada yang menekan serta tidak perlu harus tunduk pada perintah bos.
Itulah kelebihan menjadi freelance : tidak ada jam kerja yang mengikat, bos apalagi peraturan yang memberatkan.
Hal itulah yang akhirnya membuat saya resign dari kantor. Sebagai informasi, setelah lulus kuliah saya bekerja sebagai seorang pegawai kecil di perusahaan swasta. Sungguh beda ketika menjadi seoarang freelance.
Sebagai seorang pegawai, hari-hari saya lalui dengan berat : mendengar arahan (amarah) dari bos, rutinitas yang membosankan dan waktu luang yang terbatas. Semua ini membuat saya muak. Saya merindukan saat-saat menjadi freelance. Semua terasa lebih bebas.
Akhirnya pada titik kebosanan itu, saya mengambil keputusan yang cukup mengagetkan banyak orang : resign dari kantor dan memulai pekerjaan sebagai wiraswasta serta freelance.
Tentu semua ini tidak dengan tiba-tiba. Adalah cerita dari beberapa teman yang sudah mulai menjadi wiraswasta serta jargon-jargon para motivator yang membuat saya mengambil keputusan tersebut.
Cara Menghasilkan Uang Dari Blog
7 Cara Mendapat Pekerjaan Dengan Cepat
Koko Gembul, Nex Carlos Dan DJ Katty : Makan Enak Dapat Duit
5 Cara Meningkatkan Kepercayaan Diri
Beberapa Alasan Seseorang Memilih Menjadi Wiraswasta Dan Freelance
1. Bosan Dengan Kultur Kerja Yang Tidak Sehat
Harus diakui bahwa ada beberapa kantor atau perusahaan yang memiliki kultur kerja tidak sehat. Hal ini juga pernah saya alami. Akhirnya banyak pegawai menjadi tidak betah lalu resign dan memulai jalan baru menjadi seorang wiraswasta.
Beberapa kultur kerja yang tidak sehat tersebut adalah : nepotisme, atasan yang arogan, jam kerja yang buruk, pendapatan yang tidak sesuai kontrak, tidak adanya serikat pekerja yang kuat, office politic yang kejam hingga gaji sering molor.
2. Jam Kerja Yang Panjang
Jam kerja panjang juga membuat orang keluar dari pekerjaan dan memulai usaha sebagai freelance atau wiraswasta. Mereka mengingkan waktu dan ritme kerja yang fleksibel serta tidak monoton. Hal tersebut tidak bisa didapatkan dari pekerjaan mereka menjadi pegawai kantor.
3. Gaji Yang Kecil
Tidak dapat dipungkiri, banyak perusahaan yang membayar pekerjanya di bawah UMR. Hal ini karena omzet yang masih kecil.
Tentu semua orang ingin mendapat pendapatan yang besar? Karena ingin mendapatkan gaji tinggi itulah maka akhirnya banyak orang keluar dari perusahaan lalu menjadi wiraswasta / freelannce.
4. Karir Yang Tidak Berkembang
Ada beberapa penyebab karir seseorang menjadi tidak berkembang, antara lain nepotisme dan tidak adanya jenjang karir yang jelas.
Bagi mereka yang ingin mengembangkan potensinya lebih jauh, ketika berhadapan dengan hal ini, tentu memilih untuk keluar dan mencoba memilih menjadi wiraswasta atau pekerja lepas.
5. Terpengaruh Kisah Sukses Para Wiraswasta / Freelance
Ada jutaan orang yang berhasi menjadi pengusaha sukses setelah resign. Tentu hal ini adalah sebuah stimulus yang membuat banyak orang tergoda.
Sayangnya banyak kisah manis tersebut tidak dilengkapi fase di mana para pengusaha sukses itu berjuang secara keras dan menghadapi banyak badai cobaan.
Untuk Anda yang mau resign, pertimbangkan masak-masak keputusan Anda. Saya mengharuskan Anda membaca artikel : persiapan untuk resign sebelum benar-benar mengambil keputusan tersebut.
Kisah Saya Selanjutnya
Setelah keluar dari kantor, saya mendapatkan modal yang cukup. Dengan uang itu, saya mulai mengembangkan bisnis sendiri. Berikut adalah kisah saya menjai wiraswasta dan freelance tanpa persiapan yang matang sehingga berakhir dengan kegagalan.
Memulai Usaha Angkringan
Cukup mudah bagi saya untuk meyakinkan beberapa teman menanamkan modal di usaha saya ini : warung kopi ala angkringan. Ini adalah bidang usaha yang saya pilih ketika memutuskan berwirausaha.
Dengan penuh keyakinan saya memulai usaha ini, yakni menjadi wiraswasta sebagai pedagang angkringan. Walau tanpa persiapan, pengalaman dan modal yang cukup, saya nekat menjadi pengusaha angkringan.
Dua tahun menjalani usaha angkringan bondo nekat, akhirnya saya menyerah. Menjadi wiraswasta tidak semudah itu. Selain tidak balik modal, saya merasa sangat kelelahan. Dan pada saat itu, saya menyadari bahwa satu-satunya solusi adalah berhenti dan mencoba hal yang lain.
Semua peralatan dan bahan saya jual murah, lalu dengan sisa dana yang ada, saya kembalikan kepada teman-teman. Sungguh benar menjadi wiraswasta tidaklah mudah.
Memulai Usaha Ternak Ayam
Akhirnya saya melanjutkan karir menjadi wiraswasta, tetapi di bidang yang lain. Saya menjalani usaha ternak ayam. Sama seperti usaha yang pertama, kali ini saya juga mengalami kebangkrutan. Setahun menjadi peternak ayam membuat saya mengalami kerugian material yang cukup besar.
Belajar dari yang pertama, sayapun tak ragu untuk segera banting stir. Menjual semua yang ada sebelum harga menjadi anjlok. Dasar nasib apes. Ternyata menjadi wiraswasta tidaklah mudah.
Menjadi Penulis Lepas
Selain berwiraswasta, saya juga mencoba menjadi seorang freelance alias pekerja lepas. Berbeda dengan yang sebelumnya, usaha kali ini nyaris tanpa modal.
Saya hanya perlu laptop dan sambungan internet. Ada beberapa situs yang menerima tulisan saya. Di sinilah saya mengenal dunia blog.
Walau nyaris tanpa modal, menjadi penulis tetaplah tidak semudah orang bicara. Anda harus meluangkan waktu ekstra, bahkan lebih dari 8 jam perhari jika ingin semua proyek selesai dengan baik dan tepat waktu. Pekerjaan ini sungguh melelahkan.
Akhirnya intensitas menulis saya menurun. Faktor kelelahan fisik dan mental menjadi peyebabnya. Selain itu uang yang didapat juga tidak seberapa.
Pengalaman Lainnya
Setelah itu saya mencoba semua bidang usaha. Apapun saya garap asal bisa dapat uang. Mulai dari menjadi guru les, agen asuransi, sales properti, distributor buku hingga teknisi komputer. Namun memang perjuangan dan teori berbeda. Semua rasanya sangat berat.
Lalu akhir dari semua itu, saya memilih kembali melamar di perusahaan. Menjadi pegawai biasa dengan gaji UMR dan jam kerja yang monoton. Namun setidaknya ada rasa puas di jiwa. Setidaknya saya sudah mendapat sesuatu yang berharga : pengalaman menjadi wiraswasta gagaal dan freelance yang belum berhasil.
6 Fakta Tentang Freelance Dan Wiraswasta Yang Harus Anda Ketahui
Saya tidak bohong, ada banyak orang yang mencoba menjadi wiraswasta dan freelance tanpa mengetahui apapun dunia baru yang akan mereka jajal. Ini berbahaya.Kecuali Anda berasal dari keluarga tajir melintir atau punya paman seorang Sultan, silahkan acuhkan tulisan ini. Tetapi jika Anda ingin mendengar pengalaman pribadi saya menjadi seorang freelance dan wiraswasta, semoga 6 fakta ini bisa membantu Anda menjadi lebih sukses.
Ada beberapa hal yang seakan 'disembunyikan' oleh mereka yang bercerita tentang manisnya meraup kesuksesan setelah berwirausaha atau menjadi freelance.
Padahal justru fakta tersebut harus menjadi penekanan. Anda harus tahu atau terancam mengikuti jejak saya.
Lalu apa 6 fakta tentang menjadi freelance atau wiraswasta yang harus Anda tahu?
#1 Anda Harus Berjuang Sangat Keras Di Awal
Berhati-hatilah mengelola modal Anda. Karena di tahap awal, kemungkinan besar Anda belum mendapat pemasukan. Untuk itu, Anda harus berjuang lebih keras.
#2 Tidak Ada Liburan
Kenapa bisa? Bukankah seorang freelance memiliki waktu kerja yang 'lebih pendek' dari pekerja kantoran?
Justru itu, Anda akan terseret pola tidak kerja makan tidak ada pendapatan. Anda akan semakin larut dalam bisnis Anda dan liburanpun akan menjadi semakin sulit didapatkan.
#3 Ada Batas Kabur Antara Teman Dan Calon Klien
Jika sebelumnya saya ngopi dengan teman untuk melepas penat, maka ketika menjadi freelance atau wiraswasta, semuanya saya lakukan dengan harapan mendapatkan proyek baru. Inilah yang membuat (saya secara pribadi) kehilangan waktu untuk benar-benar bersantai.
#4 Kesepian
Tentu saja. Anda akan sibuk dan larut dalam pekerjaan Anda. Ketika saya menjadi peternak, ruang lingkup sosial saya semakin menyempit. Pun demikian saat saya menjadi penulis lepas, nampaknya rasa sepi semakin menjadi-jadi.
#5 Jaminan Sosial
Ketika bekerja di perusahaan, saya mendapatkan fasilitas JAMSOSTEK (sekarang BPJS?) dari perusahaan. Tentu ini adalah benefit tersendiri. Namun ketika Anda menjadi seorang wiraswasta atau freelance, maka semuanya sepenuhnya tanggungan Anda sendiri.
#6 Lebih Rentan Stres
Ini adalah suatu keniscayaan. Anda adalah seorang bos, maka tanggung jawab akan semakin besar. Tingkat stres pun menjadi berkali lipat lebih tinggi.
Ini Yang Membuat Saya Berhenti Jadi Wiraswasta Dan Freelance
Pada akhirnya semua itu menyadarkan saya. Ada banyak hal yang belum saya persiapkan. Alhasil, saya menyusun ulang kembali visi dan misi saya.
Beberapa hal berikut adalah alasan saya berhenti menjadi wiraswasta dan freelance :
1. Sadar bahwa harus lebih banyak belajar.
2. Sadar bahwa ketersediaan modal sangat penting.
3. Butuh lebih banyak waktu untuk membangun relasi dan jaringan.
4. Butuh persiapan dan rencana yang lebih matang.
Alhasil sekarang saya membangun semuanya kembali dari nol sambil tetap bekerja seperti biasanya.
Tidak ada satupun keraguan dari saya untuk tetap menjadi wiraswasta dan freelance, hanya saja saya perlu waktu untuk membuat persiapan yang lebih matang.
Kesimpulan
Pastikan Anda benar-benar siap, baik mental, relasi, modal dan keterampilan sebelum memulai sebuah usaha.
Jangan pernah resign sebelum Anda mempersiapkan segalanya dengan matang.
Tetap bekerja seperti biasa sambil membangun bisnis menjadi wiraswasta atau freelance adalah hal yang cukup baik dan wajar dilakukan.
Semoga artikel tentang menjadi pengalaman saya menjadi wiraswasta dan freelance ini bermanfaat untuk Anda.
Posting Komentar untuk "Alasan Ini Membuat Saya Berhenti Jadi Wiraswasta Dan Freelance"
Pembaca yang baik adalah yang menulis komentar sebelum pergi. Komentar Anda akan muncul setelah kami review. Dilarang menuliskan link hidup apapun.