Liverpool Vs Barcelona, Gegenpressing Melawan Tiki-Taka
Ada dua setidaknya keuntungan menjadi fans Liverpool. Pertama, bangga karena Liverpool merupakan salah satu klub legendaris yang pernah ada. Kedua, sehat. Karena jantungnya senantiasa dibuat berdegup kencang. Seperti genderang mau perang. Aih....
Sudah lihat laga leg kedua, kop?! Ya, jadi fans Liverpool itu berat, Dilan aja ga bakal kuat. Ketika semua menyanjung malah keok. Ketika semua mencibir, eh bikin comeback yang ga diduga-duga. Mantul Ferguso.
Mantul, mantap betul!
Mungkin Jurgen Klopp adalah pelatih Jerman pertama dalam bertahun-tahun ini, namun tradisi nampaknya tetap sama. Gemar bikin drama plus aksi kejutan. Antiklimaksnya, jutaan Kopites dan Liverpudlian cuma bisa menangis haru sambil bersulang dan loncat-loncat.
Baca Juga : Petualangan Menemukan Tuhan
Apa yang disajikan Liverpool malam tadi benar-benar berbeda dengan yang biasa mereka tampilkan. Tanpa beberapa amunisi andalannya, Liverpool mampu menunjukkan tajinya. Barcelona hancur lebur tak bersisa. Semacam melawan Crystal Palace atau Sunderland.
Empat goal tanpa balas itu ibarat menang sah tak terbantahkan. Uniknya aktor pencetak kuartet gol yang biki Barcelona nangis guling-guling adalah duo pemain yang kurang mendapat perhatian selama ini, Meneer Belanda ganteng bernama WIjnaldum dan si anak usil Divock Origi.
Penampilan keduanya bikin euforia di Anfield seperti ketika Inggris menang perang dunia kedua. Gegap gempita tak terbayangkan. Entah itu di kafe-kafe basis Liverpudlian di sepanjang pinggiran Sidney, hotel-hotel yang menyediakan nonton bareng di Hongkong sampai warung kopi Mbok Darmi di deket alun-alun Gresik. Semua bersorak. Semua seakan tak percaya. Empat kosong!
Hal ini ibarat obat pelipur lara. Besok dipastikan bakal banyak bocil maen PS memakai Liverpool.
Kesuksesan The Anfield Gang Liverpool menendang Barcelona dari kursi kepongahan harus dilanjutkan dengan keberhasilan membawa pulang si kuping lebar ke Anfield. Ini adalah obat pelipur lara paling efektif, lebih efektif dari Panadol atau Paramek.
Walau keajaiban tetap mungkin terjadi dan si perahu biru bisa saja keok, namun nampaknya tahun ini peluang City untuk mendapatkan kembali gelar juara Liga tetap masih paling besar.
Untuk itu, tidak bisa tidak, gelar Liga Champion harus direbut.
Next step!
Semoga nanti Liverpool bisa fulltime kala menghadapi Spurs atau Ajax. Tetapi bisa tampil fulltime atau tidak, senjata utama Liverpool tetaplah semangat baja yang tak pernah luntur. Maklum ia ditempa bukan kemaren sore.
The Reds beruntung punya sederet pemain ‘preman’ yang loyalitasnya tanpa batas. Ada Milner, VVD, hingga Hendo tentu saja. Mereka melanjutkan era Rush, Carragher, Riise, Gerrard, Agger dan Skrtel.
Baca Juga : Liverpool Dan Mo Salah
Pemain ini harus bisa menjadi mentor bagi young guns Liverpool. Istilahnya memberi pembinaan dan kuliah ke-Liverpool-an.
Drama yang dibuat Kopp bukan tidak mungkin bisa berulang di final nanti. Tapi ingat tahun lalu Karius sukses memecahkan hati para fans si merah lewat aksi lawakannya. Walau begitu doi tetap harus kita hormati. Tanpa perjuangannya, Liverpool mustahil sampai ke runner-up UEFA Champion League.
Kita yakin saja mereka, anak-anak Liverpool tahun ini sudah bisa belajar dari apa yang terjadi di tahun lalu. Dan terus optimis bahwa Liverpool akan merebut piala si kuping lebar, sehingga di kantor, kampus, sekolah, warkop, lapangan bola, kita bisa cengengesan di depan fans Barcelona, MU, Arsenal, ataupun Wigan.
Terus berjuang, Kop! You’ll Never Walk Alone!
Titip salam buat Suarez |
Sudah lihat laga leg kedua, kop?! Ya, jadi fans Liverpool itu berat, Dilan aja ga bakal kuat. Ketika semua menyanjung malah keok. Ketika semua mencibir, eh bikin comeback yang ga diduga-duga. Mantul Ferguso.
Mantul, mantap betul!
Mungkin Jurgen Klopp adalah pelatih Jerman pertama dalam bertahun-tahun ini, namun tradisi nampaknya tetap sama. Gemar bikin drama plus aksi kejutan. Antiklimaksnya, jutaan Kopites dan Liverpudlian cuma bisa menangis haru sambil bersulang dan loncat-loncat.
Baca Juga : Petualangan Menemukan Tuhan
Apa yang disajikan Liverpool malam tadi benar-benar berbeda dengan yang biasa mereka tampilkan. Tanpa beberapa amunisi andalannya, Liverpool mampu menunjukkan tajinya. Barcelona hancur lebur tak bersisa. Semacam melawan Crystal Palace atau Sunderland.
Empat goal tanpa balas itu ibarat menang sah tak terbantahkan. Uniknya aktor pencetak kuartet gol yang biki Barcelona nangis guling-guling adalah duo pemain yang kurang mendapat perhatian selama ini, Meneer Belanda ganteng bernama WIjnaldum dan si anak usil Divock Origi.
Penampilan keduanya bikin euforia di Anfield seperti ketika Inggris menang perang dunia kedua. Gegap gempita tak terbayangkan. Entah itu di kafe-kafe basis Liverpudlian di sepanjang pinggiran Sidney, hotel-hotel yang menyediakan nonton bareng di Hongkong sampai warung kopi Mbok Darmi di deket alun-alun Gresik. Semua bersorak. Semua seakan tak percaya. Empat kosong!
Hal ini ibarat obat pelipur lara. Besok dipastikan bakal banyak bocil maen PS memakai Liverpool.
Kesuksesan The Anfield Gang Liverpool menendang Barcelona dari kursi kepongahan harus dilanjutkan dengan keberhasilan membawa pulang si kuping lebar ke Anfield. Ini adalah obat pelipur lara paling efektif, lebih efektif dari Panadol atau Paramek.
Walau keajaiban tetap mungkin terjadi dan si perahu biru bisa saja keok, namun nampaknya tahun ini peluang City untuk mendapatkan kembali gelar juara Liga tetap masih paling besar.
Untuk itu, tidak bisa tidak, gelar Liga Champion harus direbut.
Next step!
Semoga nanti Liverpool bisa fulltime kala menghadapi Spurs atau Ajax. Tetapi bisa tampil fulltime atau tidak, senjata utama Liverpool tetaplah semangat baja yang tak pernah luntur. Maklum ia ditempa bukan kemaren sore.
The Reds beruntung punya sederet pemain ‘preman’ yang loyalitasnya tanpa batas. Ada Milner, VVD, hingga Hendo tentu saja. Mereka melanjutkan era Rush, Carragher, Riise, Gerrard, Agger dan Skrtel.
Baca Juga : Liverpool Dan Mo Salah
Pemain ini harus bisa menjadi mentor bagi young guns Liverpool. Istilahnya memberi pembinaan dan kuliah ke-Liverpool-an.
Drama yang dibuat Kopp bukan tidak mungkin bisa berulang di final nanti. Tapi ingat tahun lalu Karius sukses memecahkan hati para fans si merah lewat aksi lawakannya. Walau begitu doi tetap harus kita hormati. Tanpa perjuangannya, Liverpool mustahil sampai ke runner-up UEFA Champion League.
Kita yakin saja mereka, anak-anak Liverpool tahun ini sudah bisa belajar dari apa yang terjadi di tahun lalu. Dan terus optimis bahwa Liverpool akan merebut piala si kuping lebar, sehingga di kantor, kampus, sekolah, warkop, lapangan bola, kita bisa cengengesan di depan fans Barcelona, MU, Arsenal, ataupun Wigan.
Terus berjuang, Kop! You’ll Never Walk Alone!
Posting Komentar untuk "Liverpool Vs Barcelona, Gegenpressing Melawan Tiki-Taka"
Pembaca yang baik adalah yang menulis komentar sebelum pergi. Komentar Anda akan muncul setelah kami review. Dilarang menuliskan link hidup apapun.