Drama Pemilu : Luar Biasa Atau Biasa Aja?
Ilustrasi Pemilu, sumber : Media Indonesia |
Hai manusia yang baik hatinya,
Salam dari saya owner sekaligus pemiliki blog yang tidak begitu populer, Catatan Adi.
Kali ini saya ingin membahas mengenai fenomena luar biasa yang sebenarnya sih biasa-biasa aja. Apalagi kalau bukan Pemilu.
Nah loh! Sebelum lanjut, biasanya menurut ilmu SEO dan cara menulis artikel yang baik, bagian-bagian awal artikel harus diisi kalimat-kalimat yang menarik dan menggugah pembaca.
Hit their heads first!
Tapi kali ini demi mengekspresikan kegalauan saya, saya akan langgar semua hukum SEO tersebut.
Oke, sudah mulai bosan? Sama, sebenarnya saya juga bosan sama yang namanya hinggar-bingar Pemilu.
Dan semoga Anda semua membaca ini sebelum Anda nyoblos. Atau liat orang nyoblos.
Apapun yang terjadi, kita harus tetap bekerja keras. Kesejahteraan pertama-tama harus kita sendiri cipta.
Jadi gini gaes-gaes yang baek...... Pemilu itu adalah hal yang biasa kok. Kenapa? Berikut alasannya :
Pertama, Pemilu adalah salah satu (ingat, salah satu dan bukan satu-satunya) ciri negara demokrasi. Kecuali Anda hidup di Korea Utara atau negara-negara kerajaan-kesultanan-keprabuan-kepangeranan, maka Anda ga bisa ikut pemilu macam pemilu Indonesia. Eh, sebenarnya mereka juga ada pemilu sih, Cuma ya gitu.... terbatas. Dari dulu kepala negara ya Sultan, terus anaknya Sultan, trus cucunya Sultan. Dengan catatan kalau ga sempat dikudeta.
Kedua, ini bukan kali pertama Indonesia bikin Pemilu. Bahkan sejak jaman kalian belum lahir, tahun 1955 dulu, pemilu sudah ada. Bahkan pemilu yang pertama dulu kabarnya paling demokratis dan jujur deh. Emang setelah itu, kita masuk ke eranya Suharto dengan Orde Barunya. Pastilah yang menang kalo ga Golkar, ya Golkar ya Golkar. Atau kalo ga ya Golkar. Tu kan, jadi Indonesia sebenarnya dah sering ngadain pemilu.
Ketiga, apapun hasilnya, kita tetap harus kerja keras buat nyari makan. Kecuali Anda caleg atau capres, tentu sangat berpengaruh sekali sama hasil Pemilu. Tetapi di luar itu, siapapun yang menang, ya harus tetap kerja ngurus dirinya sendiri. Mana ada kita menggantungkan diri sepenuhnya pada orang lain. Itu yang kurang disadari oleh warga negara kita yang cantik-cakep kaya bunga-bunga ini. Yang ngasong ya bis nyoblos tetep ngasong. Yang ngantor, setelah libur ya tetep ngantor. Yang nganggur ya terus ngganggur. Kecuali Anda sendiri yang mengadakan perubahan dalam diri Anda. Gitu Ferguso!!
Lalu kenapa pemilu di tahun babi ini nampak sangat amat super duper fenomenal gitu? Ehm..... tergantung persepsi sih. Tetapi dari hasil riset abal-abal oleh institut kancut kebacut, maka saya bisa simpulkan beberapa hal berikut :
Pertama, nyoblos calegnya bukan cuma partainya. Ini sebenarnya juga bukan pertama kalinya. Pemilu sebelumnya juga begini, namun kali ini nampak makin heboh. Hampir tiap sudut kota mulai dari pinggir jalan nasional sampai tembok toliet umum isinya wajah-wajah caleg. Mending kalo ada visi-misi dan rekam jejak, banyaknya sih cuma numpang nyengir sambil nyuruh orang nyoblos nomornya dia. Ngapain, kenal aja kaga!
Kedua, banyaknya HOAX yang beredar. Dah kalo yang ini ga usah ditanya. Hoax makin merajalela. Bahkan salah satu stasiun tv swasta pernah ngebahas khusus hal ini. Katanya menjelang pemilu, HOAX makin menggila. Semoga saudara-saudaraku sesama blogger tidak turut menyebar HOAX. Apalagi demi adsense. Duh......
Ketiga, dilangsungkan di tengah keadaan yang tidak terlalu baik. Lihat aja di dunia internasional, saat-saat ini juga sedang bergejolak. ISIS yang masih belum tumpas sepenuhnya, harga minyak dunia ga stabil, dan entah berapa negara lagi yang akan menyusul Venezuela hancur ekonominya. Semua ini menambah kegalauan karena negeri kita juga sedang hajatan politik. Semoga tidak menyusul negera Venezuela.
Keempat, terlalu kentalnya politik identitas. Hal ini sangat disayangkan. Indonesia itu negara yang plural, baik suku, golongan apalagi agama dan kepercayaannya. Harusnya pemilu bisa mempersatukan dan melebur semuanya dalam kebhinekaan, namun nyatanya adalah sebaliknya.
Kelima, banyak drama nirfaedah. Dah kalo yang ini ga perlu dijelasin. Bikin capek! Mending nonton Tersanjung 299182. Ga tau? Dasar milenial!
Ketujuh, dibayangi hujan golput. Bahkan banyak caleg yang juga nulis di balihonya supaya ga golput. Masalahnya sekarang, orang yang kerja di luar daerah juga bakal mikir kalo harus pulang. Ongkosnya berat bro. Kerja di Medan, kampungnya di Poliwali Mandar. Naik pesawat mahal, naik kapal bakalan telat.
Keenam, rakyat terlalu fokus jadi lupa kalo no 6 ga ada. Persis sama beberapa orang yang rela kehilangan sahabat gegara terlalu fanatik sama partainya. Terlalu fanatik sama capresnya.
Ketujuh, rally panjang nan melelahkan. Habis pemilu, trus Pilgub. Terus Pilwalkot. Trus Pilgub kampung sendiri. Trus Pilpres lagi. Kapan bangun bangsa?
Kedelapan, ruwetnya sinkronisasi data kependudukan. No system perfect. That’s right. Kalau yang ini memang karena demografi dan geografis Indonesia yang banyak dan luas.
Kesembilan, di lakukan di tengah hajatan lainnya. Apa ada yang nyadar Pemilu kali ini dilakukan deket banget sama ujian anak sekolahan? Juga deket banget sama hari suci umat Kristen/Katholik yaitu Paskah?
Kesepuluh, silahkan tambah sendiri! Kalo bisa sih kurangin aja.
Apapun yang terjadi, kita harus tetap bekerja keras. Kesejahteraan pertama-tama harus kita sendiri cipta. Bukan menggantungkan diri pada orang lain. Termasuk pada orang-orang yang nongol di baliho-baliho itu. Balihonya turun, ente tetap gitu-gitu aja. Duh.....
Mari lancarkan pemilu yang damai
BalasHapusAman, damai dan penuh kegembiraan. Itu juga tugas kita sebagai blogger loh :) Terima kasih sudah membaca.
Hapus