Ini Bukan Puisi Menyenangkan
Ini bukanlah puisi yang menyenangkan
Atau sajak yang berisi ungkapan kebahagiaan.
Ini adalah bait-bait kesedihan
Dan larik-larik yang lahir dari hati yang tersayat-sayat.
Untuk apakah menyalakan lilin dan obor di siang hari
Atau menyanyi di tengah-tengah ratusan kenari.
Malam akan tetap datang.
Biarpun matahari kau paksa terus bersinar terang.
Puisi bukan hanya tentang siang dan dansa-dansi.
Melainkan inilah jalan bagi mereka yang tak bisa tersenyum.
Kematiaan oh kematian,
Kau dicaci tapi kau tak pernah lari.
Mendekat dan merenggut buah-buah cinta manusia.
Lalu tertawa di balik sore yang mengundang malam.
Ini memang puisi kegalauan,
Dari hati yang gagal bersyair.
Bagaimana kata-kata indah bisa membuncah?
Sedang di depanku anak-anak kecil menghisap leher ibunya sendiri?
Inilah bait-bait penuh kepiluan.
Yang datang bersama dengan ratusan belalang dan tikus-tikus
Mereka menyerbu desa, lalu memangsa habis panen pak tani.
Kemudian tertawa riang
dan membangun koloni di bawah ketiak orang berdasi.
Sajak ini memang bukan untuk hati yang dimabuk cinta
Tapi untuk mereka yang sengaja mabuk tuak murah,
Agar sejenak bisa sembunyi dari rentetan teror debt collector.
Malam temaram adalah tema dari sajak ini.
Dan kepedihan gadis-gadis korban perkosaan adalah sumber inspirasinya.
Aku meracau ditemani genangan darah para pemberontak
Yang dianggap makar hanya karena melindungi tanah leluhurnya.
Televisi menelan putri-putri putih abu-abu.
Sedang para perjakanya mati sia-sia digilas narkoba.
Lalu hanya derai air mata
Yang tersisa
Untuk membasuh bait-bait kegalauan
Yang memang lahir dari binatang jalang yang terbuang ini
Yang berusaha mengadu sastra dan realita
Agar puisi dan sajak tidak melupakan orang miskin.
Atau mereka yang dimiskinkan.
Lihat, dengar
Aku meracau lagi.
Meracau dan terus meracau.
Berlagak seperti penyair.
Mungkin ini akibat tuak murah.
Obat mujarab untuk bertemu Yang Maha Ada.
Ini memang bukan puisi yang menyenangkan.
Tetapi setidaknya di dalamnya mengandung sedikit penghiburan.
Bahan tertawan bagi mereka.
Yang sudah lupa perbedaan dari tawa dan tangis.
Posting Komentar untuk "Ini Bukan Puisi Menyenangkan"
Pembaca yang baik adalah yang menulis komentar sebelum pergi. Komentar Anda akan muncul setelah kami review. Dilarang menuliskan link hidup apapun.