Tempat-Tempat Yang Menjadi Tidak Nyaman Karena PEMILU
Dampak pemilu memang luar biasa. Ia bisa lebih tajam dari gergaji chainsaw para penebang pohon ilegal Kalimantan. Bedanya ia tidak memotong batang-batang pohon, tetapi tali persahabatan. Dan makin mendekati hari H pencoblosan, makin membesar pula efeknya.
Bahkan dari pengalaman pribadi, banyak tempat yang sebelumnya adem ayem dan netral dari aktivitas politik, tiba-tiba berubah panas bak jomblo yang menonton Kimi Hime.
Apalagi kalau bukan karena perdebatan panjang berujung saling adu otot dan air ludah. Abis ngototnya sambil nyembur-nyembur.
Pantauan terakhir, beberapa tempat berikut yang harusnya netral dan aman-aman saja akhirna berubah jua menjadi semacam ILC. Bedanya, yang ngotot selain ga dapet duit dari iklan, juga sambil nyeret-nyeret ke ranah SARA.
Berikut adalah beberapa tempat yang tadinya aman tapi sekarang justru makin terancam karena manusia-manusianya ikut-ikutan ribet :
1. Warung Kopi
Warung kopi adalah benteng terakhir ekonomi rakyat, khususnya bagi mereka yang belum mampu ngopi-ngopi cantik sambil nenteng Iphone di Starbak. Maklum, sekali ngopi di sana, bulan depan terancam cuma dilewati dengan mie instan dan obat maag.
Tetapi justru karena sifat dan karakteristik proletariat inilah, warung kopi menjadi fenomena yang luar biasa. Ia bisa menyatukan aneka manusia dari berbagai latar belakang.
Mulai dari anak SMA yang sok jagoan dan membolos dengan konco-konconya. Para driver ojek onlen yang kelelahan atau sekedar pengen maen PUBjie.
Sales marketing yang menunggu calon klien. Pekerja kelas menengah yang butuh wifi buat maen Tinder atau Hago.
Hingga yang paling sering, para pengangguran yang mencari inspirasi untuk nganggur. Semua tampak rukun dan menyenangkan. Membuat suasana sejuk dan adem. Tetapi semua itu terancam sejak pemilu menyerang.
Jangankan sesama teman, kadang kita justru jengah karena harus berdebat dengan orang yang kita tidak kenal. Huft. Bahkan untuk menyeduh kopi saset saja sekarang makin susah.
2. Warnet
Warnet atau warung internet memiliki kode etiknya sendiri. Boleh buka apapun asal diem. Ga ganggu user laen. Tapi....
Sejak para user yang merangkap blogger ini mulai jadi pendukung garis alot para junjungannya, warnet seakan menjadi ILC kedua.
Mending jika jargon dan adegium yang dilontarkan berbobot. Yang ada seringnya adalah makian dan cacian yang tadinya mulia karena berada di ranah satirisme demi meng-roast sesama player point blank. Fortnite pun kalah seru. Apalagi jika para pengunjung sepuh warnet juga ikut campur.
3. WA Grup Keluarga
Tadinya cuma jadi sarana saling mengucapkan selamat hari raya. Lalu berubah jadi ajang saling kenang di masa muda dulu.
WA Grup harusnya tetap jadi tempat yang nyaman. Cucu bisa melihat share photo kakek nenek mereka ketika muda. Paman bisa bercengkerama dengan ponakannya. Tetapi sekali lagi nampaknya itu dulu.
Kini yang ada WA Grup jadi tempat share link-link ampas tahu hasil kreator para buzzer. Isinya tak jauh dari mengunggulkan junjungannya ato menghina pesaingnya.
Terlebih jika ada pembangkang. Satu keluarga besar yang terkenal pendukung Nurhadi-Aldo tradisional, tiba-tiba mendapati salah satu cucu yang kuliah di Kutub Utara menjadi fans Malih Tongtong sang capres lawan.
Satu keluarga bisa heboh. Sumpah serapah dan ucapan kualat muncul tiap hari. Keluargaku bukan lagi keluargaku. Lebay sih, tapi rela bagi-bagi?
4. Tempat Ibadah
Harusnya ini gada di list. Tetapi faktanya ada.
5. Forum Shtposts
Ini yang sangat disayangkan. Walaupun daya humor yang disajikan masih berkutat pada hal-hal itu saja tetapi forum shtpost sebelumya bisa bersih dari politik kepentingan. Boleh bawa politik atau menyeret politisi tapi untuk dicaci berjamaah. Awkoakoakoakoak.
Sayangnya kini banyak owner shtposts, entah itu di Fanspage Facebook, Ig, Twitter terlebih blog, menyambi jadi buzzer.
Padahal forum shtposts bisa berpotensi jadi kekuataan politik yang digunakan untuk menegakkan kebenaran. Sekarang yang ada hanya digunakan untuk menegakkan yang bayar. Sedih....
6. Perpustakaan
Duh, ini lagi. Padahal ini harusnya bisa bebas sebebas-bebasnya. Seharusnya politik praktis tidak boleh merambah ke tempat mulia ini. Namun faktanya tempat yang tadinya sepi ini tiba-tiba sering jadi tempat rujukan bagi para aktivis parpol untuk mencari dukungan para kutu buku ato pengunjung.
Parahnya lagi jika ternyata acara bedah buku, pembacaan puisi hingga diskusi ilmiah harus dibubarkan karena alasan-alasan absurd. Memang dasar negara +62
7. Alam Mimpi
Karena sering dicekoki jargonn-jargon politik, alam mimpipun tercemar. Kadang ngimpi dibikinin es teh sama Grace Natalie. Karaoke bareng Surya Paloh dan Hary Tanu. Atau nonton adegan debat Adian Napitulu lawan Habiburohman. Kalo ini ga perlu ngimpi, liat aja TV One ato Metro.
8. Sekolahan
Iya bener. Ga bohong. Pemilu memang penting. Ia adalah pesta demokrasi 5 tahunan. Tetapi menjaga komunikasi dengan orang terdekat juga penting. Karena tiap hari kita bertemu dengan mereka.
Mari kita bersama berpolitik secara cerdas. Menjaga agar
kehidupan sosial tetap harmonis. Walau dalam perbedaan.
Bener tuh bang. Tapi yang rawan konflik ya di warung kopi. Tempat bapak bapak kumpul dan ngerumpi apalagi di tahun politik. Ada yang profokasi dikit langsung membara tuh. Menarik gan.
BalasHapusSalam: Inspirasikita
Yoa, bukan cuma perang adu mulut lagi, dan bukan cuma aneka satwa yang keluar, gelas bisa melayang. Semoga gag sih....
HapusWhat the nomor 7?
BalasHapusYap that's right, the lucky seven! :)
Hapus